Minggu, 15 November 2020

MENULISLAH

Oleh: Triyanto, S.Pd.


Ada ungkapan yang masyhur kita dengar sebagai bentuk motivasi untuk menulis, "Menulislah, dengan menulis engkau ada". Demikian, saya tidak tahu siapa pertama yang mengemukakan hal tersebut, tetapi jelas maknanya. Menulislah, lewat tulisanmu maka terbaca hal-hal yang kamu lakukan maupun ide-ide yang kamu punya. Dengan menulis maka orang lain jadi tahu walaupun si penulis sudah tiada atau tidak di hadapan pembaca. Pramoedya Ananta Toer bahkan mengatakan,
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”


Jejak sejarah pun banyak terungkap lewat tulisan. Meski di era saat ini, tulisan bukan satu-satunya media untuk mengungkapkan sesuatu. Bisa juga lewat video maupun rekaman suara. Tetapi, menulis tetap tidak akan ketinggalan jaman. Tulisan masih dan akan terus menjadi salah satu media komunikasi yang dibutuhkan manusia.


Permasalahan muncul ketika tidak setiap orang mampu menulis. Tidak setiap kita memiliki kompetensi untuk mengemukakan ide, gagasan, bahkan informasi lewat tulisan. Bukan hanya orang awam, bahkan seorang guru belum tentu terbiasa membuat tulisan yang runtut dan layak untuk dibaca orang lain. Padahal di antara tuntutan era teknologi 4.0 kemampuan menulis seorang guru menjadi sangat dibutuhkan bahkan teramat penting.


Saya pribadi bukanlah orang yang mahir menulis. Tetapi saya merasa ada perkembangan yang signifikan tentang kemampuan menulis ini dibanding beberapa waktu lalu, apalagi bila menengok perjalanan sejak saya belajar di sekolah, menulis adalah di antara momok bagi saya.


Ketika saya masih di tingkat SD, di antara pelajaran yang kurang saya sukai adalah Bahasa Indonesia khususnya materi membuat karangan. Pasti seperti tercekat tangan ini untuk mau menuliskan kata dan untaian kalimat. Tugas akhirnya hanya jadi dalam bentuk minimalis, baris sedikit, banyak coretan dan hapusan.


Menginjak remaja, tepatnya di usia SMK saya kadang merasa frustasi bila kakak saya yang bekerja di luar provinsi menulis surat untuk keluarga, dan nanti pasti ayah ibu meminta saya yang membuat surat balasan. Mendapat surat dari saudara yang menyampaikan kabar tentu saya juga senang, tetapi bahwa kemudian saya yang harus membuat surat balasan, ini yang bikin pusing mikirnya. Seperti tidak muncul ide, bagaimana harus menulis kata demi kata untuk surat tersebut.


Hal paling parah saya rasakan ketika saya sudah sampai masanya untuk menyusun tugas akhir skripsi pada masa kuliah. Macet. Buntu. Beberapa semester saya lalui dengan seakan nol progres. Sudah tidak ada kuliah teori, tetapi kemauan menulis belum ada. Hanya registrasi, melakukan pembayaran kuliah di awal semester kemudian menghilang dari kampus, tidak berangkat kuliah karena tidak ada mood untuk mulai mengerjakan skripsi. Hingga hampir saja saya menyerah dan memupus harapan orang tua untuk anaknya memiliki titel sarjana.


Dalam kebuntuan mengerjakan tugas akhir, ada sahabat-sahabat yang mencoba memotivasi. Mulai dari yang memakai bahasa halus hingga yang nadanya memarahi, dengan harapan saya mau menuntaskan tugas akhir skripsi. Entah berapa sahabat yang memotivasi saya untuk tetap semangat. Di antara yang saya ingat adalah nasihat dan motivasi dari Ibu Siti Jazamah, beliau adalah karyawan senior SMA Muhammadiyah Pleret. Kebetulan waktu itu, sebelum lulus kuliah saya sudah diminta membantu mengajar sebagai guru di SMA Muhammadiyah Pleret. “Mas Tri”, demikian beliau memanggail saya. “Sampeyan sebaiknya segera selesaikan tugas kuliah. Di sini kalau nuruti gawean tidak akan selesai, sampeyan pasti mampu,” tuturnya. “Biasanya orang yang sungguh-sungguh ikhlas mengabdi di sekolah ini, besok akan mendapatkan aktivitas dan linkungan kerja yang lebih baik”. Demikian beliau melanjutkan. Kalimat akhir beliau sekaligus sebagai doa. Beliau tahu bagaimana saya bekerja di sekolah tersebut, dan memang sekolah yang kondisinya waktu itu bisa dibilang belum membanggakan. Siswanya sedikit dan rata-rata anak dengan motivasi belajar sangat rendah.


Dorongan dari para sahabat akhirnya membuat saya mau memaksakan diri untuk menulis, menyusun tugas akhir skripsi. Kalimat demi kalimat, paragraph demi paragraph terlampaui juga walau dengan teramat sangat berat. Hingga hari yang membangakan datang, saya lulus kuliah dengan diantaranya mendapatkan nilai A untuk tugas akhir. Allahu akbar.


Doa dari Ibu Siti Jazamah masih saya ingat, ketika kemudian saya diterima menjadi salah satu guru SD Ungulan Aisyiyah Bantul. Sebuah kebanggaan saya bisa berada di sekolah ini dan menjadi di antara guru angkatan pertama. Tentu kemudian tertantang juga untuk terus meningkatkan kompetensi agar amanah sebagai guru SD Unggulan Aisyiyah Bantul bisa terlaksana dengan baik.


Pengalaman sulit menulis termasuk prioritas untuk saya benahi. Melalui aktivitas di organisasi, pelatihan dan hobi menggunakan media sosial khususnya facebook saya ikhtiarkan untuk peningkatan kapasitas ini. Saya juga membuat blog untuk memposting tulisan-tulisan saya. Abihusna.blogspot.com saya namai blog tersebut. Atas ijin Allah SWT, Alhamdulillah, saya juga berhasil menerbitkan buku pertama saya melalui penerbit resmi Eduvation, yaitu buku yang berjudul “Karena Kita Harus Berbuat”.


Sebagai guru juga saya berusaha membimbing siswa untuk  berlatih dan terbiasa menulis. Saya tidak ingin anak didik saya mengalami hal seperti saya dulu, sulit menulis. Melalui bimbingan yang tepat saya yakin siswa kelas rendah SD pun bisa menulis. Alhamdulillah, pada kelas SD yang pernah saya dampingi sebagai guru kelas, karya-karya sederhana ini bisa muncul:

·         Antologi Cerpen Siswa Kelas 3 Zaid Bin Tsabit,

·        Kumpulan Cerpen Karya Siswa Kelas 2 Abu Dzar,

·        Kumpulan Cerita Pendek Sederhana Siswa Kelas 1 Bilal Bin Rabbah,

·         Kumpulan Cerita Siswa Kelas 1 Amru Bin Ash.


Alhamdulillah, syukur dan berharap kita hanya kepada Alah SWT. Begitu lemah kita di hadapan-Nya. Lika-liku setiap kita menjadi proses yang pantas untuk menjadi koreksi sekaligus pemicu untuk memperbaiki diri. Termasuk kemampuan kita dalam menulis. Sedikit hal yang saya tuangkan ini, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi.


Bantul, 15 November 2020.


Minggu, 18 Oktober 2020

MENDUKUNG BUKAN KARENA IMING-IMING DAN JANJI


Forum guru sekolah swasta yang tergabung dalam PGSI Kabupaten Bantul mengadakan silaturahmi bersama Paslon NoTo di Gandung Pardiman Centre, Imogiri, Bantul, Selasa 13 Oktober 2020.


Dalam kesempatan ini PGSI menyatakan dukungan kepada paslon NoTo dalam pilkada Bantul 2020. Pernyataan ini disampaikan resmi oleh ketua PGSI Bapak Drs. H. Encep Komarudin, M.Pd.I.


Dalam kesempatan yg sama, Abi Husna salah satu anggota PGSI mengatakan, kami guru-guru swasta menyatakan dukungan kepada paslon Noto bukan karena iming-iming ataupun janji besok akan dapat apa. Akan tetapi ini adalah murni menyangkut panggilan moral untuk menyampaikan pendapat calon pemimpin yang kita pandang lebih tepat dan amanah bila terpilih.


Lebih lanjut Abi Husna mengatakan, lima tahun kepemimpinan Bapak Drs. H. Suharsono terbukti Bantul kondusif, pembangunan gencar dan baik, serta Bantul meraih berbagai penghargaan diantaranya dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena pengelolaan pemerintahan yang transparan dan bebas korupsi.


Kondisi kondusif dan prestasi Bantul yang sangat baik ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Oleh karenanya kami memandang tepat bila Bapak Suharsono bisa terpilih lagi. Apalagi saat ini berpasangan dengan Bapak Drs. H. Totok Sudarto, M.Pd. sebagai wakilnya dan masyarakat sudah tahu track record beliau yang juga sangat bagus. Pungkas Abi Husna.


*KabarBantul



INGIN GOLPUT PILKADA TAHUN INI?

Sebagian masyarakat mungkin jenuh dengan proses pemilihan semacam Pilkada, hingga terbersit untuk tidak menggunakan hak suaranya alias golput.

Banyak faktor penyebabnya. Ada yg menganggap ini hanya even lima tahunan dan tidak akan berdampak apa-apa, siapapun yang terpilih, kehidupan tetap begini-begini saja. Ada yg merasa tidak ada calon ideal seperti yang dia harapkan. Ada yang menilai Pilkada adalah aktivitas politik dan politik identik kotor, culas, korup, dsb. Ada juga yang  tidak mau muncul masalah dengan terlibat dukung mendukung. Dan berbagai alasan lain.

Sahabat, memilih ataupun tidak memang adalah hak kita sendiri. Akan tetapi yang perlu diketahui, proses politik semacam pilkada ataupun di atasnya sangatlah berpengaruh terhadap tatanan kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai hal diputuskan melalui mekanisme politik. Hingga menyangkut hajat hidup kita seperti jaminan kesehatan, pendidikan, harga-harga bahan pokok dll. Dan di tingkat daerah, Bupati menjadi diantara peran sentral dalam berbagai kebijakan tersebut.

Dalam kondisi semua kandidat orang-orang hebat, baik dan amanah, maka siapapun yang jadi akan baik dan rakyat akan terayomi. Tetapi, fakta menunjukkan, adakalanya terdapat kandidat yang tidak amanah. Dan ketika terpilih sebagai kepala daerah yang dilakukan adalah; korupsi, kolusi, nepotisme, berusaha membangun dinasti politik, mementingkan kelompoknya, dan laku tidak amanah lainnya. 

Kita tidak tahu, kandidat Pilkada Bantul apakah semua orang amanah. Dan kita pun mesti berprasangka baik. Hanya saja kehati-hatian,  jernih dalam menimbang dan mengetahui track record kandidat sangatlah penting. Juga siapa pengusungnya.

Setelah betul-betul menimbang dengan cermat, adalah hak anda semua untuk memilih. 1 atau 2. 

Saya pribadi melihat, Bantul yang sudah sangat kondusif dan baik ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Memberi kesempatan ke dua bagi Bupati petahana, Bapak Drs. H. Suharsono, insyaallah lebih meyakinkan untuk amanah 5 tahun ke depan. Beliau telah menunjukkan bukti. Meski kemarin bekerja bersama wakil yang saat ini juga maju. Tetapi saya percaya, Bupati tentunya lebih dominan dalam peran mengambil kebijakan. Dan kita perlu bijak untuk memilihnya kembali. Bersama Bapak Drs. H. Totok Sudarto, M.Pd. kita pun semakin yakin.

Bila anda sependapat dengan saya, maka mari, jangan sampai golput. Niatkan suara kita untuk ikut mempertahankan Bantul tetap baik, dan semakin baik.

Bismillah. NOTO


*Abi Husna

Jumat, 04 September 2020

BENARKAH ADA CALON "UNTHUL" DALAM PILURDES SEGOROYOSO?

 Kabar Pilurdes Segoroyoso


Sedulur warga Segoroyoso, tahukah kalian bahwa bulan Desember tahun ini akan diadakan pemilihan lurah desa Segoroyoso, dan sudah tahukah sedulur, siapa saja calonnya?

Iya, betul, calon lurah terdaftar resmi ada dua orang. Yaitu Bapak Miyadiana Selaku inkumben yang akan maju untuk periode ketiga kalinya. Dan calon baru, seorang pemuda yg statusnya masih singgle atau jomblo alias belum menikah. Mas Saryanto yang lebih dikenal dengan panggilan Bang Koteng.

Tentang seperti apa kompetensi kedua kandidat, untuk inkumben tentunya sedulur-sedulur sudah tahu. Karena Bapak Miyadiana sudah menjadi lurah dua periode atau sekitar 12 tahun. Kelebihan dan kekurangan pasti ada, tentunya warga sudah punya penilaian.

Tetapi dalam tulisan ini, akan kita korek siapakah kandidat baru yang dalam status jomblonya sudah berani nyalon lurah, iya Mas Saryanto.

Bagi warga Dahromo tentu tidak asing dengan beliau. Mantan ketua Muda-mudi Dahromo I dan juga wakil ketua Siskamling itu adalah sosok yang berkarakter blak-blakan. Apa adanya dan sangat humoris.

Ketika ditanya apa motivasinya nyalon lurah,  dengan rendah hati beliau hanya jawab ingin mengabdi pada masyarakat.

Mas Saryanto memang dikenal sangat aktif di lingkungan masyarakat. Badan besarnya tidak menghalangi untuk ke sana kemari dalam rangka melaksanakan tugas organisasi atau kemasyarakatan.

Tetangga-tetangga dan umumnya warga Dahromo awalnya kaget dengan keputusannya untuk ikut mencalonkan diri sebagai kandidat lurah desa Segoroyoso.

Tetapi, akhirnya masyarakatpun tahu dan tidak sedikit yang mulai menampakkan simpatik untuk ikut mendukung serta mensosialisasikan.

Ada pula yang berpendapat dia dicalonkan hanya sebagai "unthul" alias pelengkap saja. Yang hampir pasti kalah. Menanggapi tentang hal ini, beliau hanya senyum. Unthul atau bukan, ketika sudah resmi terdaftar sebagai calon maka peluangnya adalah 50 - 50. Masyarakat nanti yang akan memilih dan menentukan. Tidak sedikit diberbagai daerah calon yang tidak diunggulkan bisa memenangi kompetisi.

Dan bila pada waktunya tugas itu betul-betul diamahkan kepadanya, insyaallah dia akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh.

So, sedulur mau pilih siapa, adalah hak sedulur sendiri. Kami hanya mengabarkan.

Salam guyup rukun warga Segoroyoso.

 

*Abi Husna

4 September 2020

Kamis, 03 September 2020

Doa Seorang Ayah


Oleh: Triyanto

Guru SDU Aisyiyah Bantul


Guru swasta atau sering disebut honorer, mungkin bagi banyak orang hanya posisi yang biasa cenderung dianggap rendah. Tetapi, bukan bagi seorang ayah desa yang memang berharap agar diantara anaknya kelak ada yang kerja sebagai guru di sekolah atau pun pegawai kantor sebuah instansi. Tidak peduli honorer maupun PNS. Setidaknya ia berfikir jangan sampai anak-anaknya hanya setingkat dengan orang tuanya yang sekolah dasar saja tidak lulus, dan bekerja serabutan sebagai buruh. Walaupun pernah juga diantara pengalamannya dulu sang ayah bekerja di hotel, namun nuraninya mengatakan bukan ini tempat yang berkah baginya. Buruh tani pun akhirnya menjadi labuhan terakhir setelah aneka ikhtiar kerja diupayakannya. Hingga sekarang.

Sang ayah berharap anaknya kelak ada yang jadi pegawai. Menjadi orang di masyarakat. Bisa berbuat banyak untuk sesama.

Sujud di akhir malam dan doa tulus pun sang ayah panjatkan, untuk kebaikan keluarga dan kelancaran anak-anaknya. Hampir tidak pernah absen tahajjud ia tunaikan. Syukur dan pengharapan hanya kepada Allah SWT ia serahkan.

Atas doanya itu Allah menunjukkan tanda diijabah. Salah satu putranya, tepatnya putra ketiga diantara lima bersaudara mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi PBUD untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tanpa tes. 

Tidak terbersit sebelumnya, bahwa putranya akan dengan mudah masuk kuliah di perguruan tinggi. Sedangkan di lingkungan masyarakat di kampung, masih sangat sedikit anak yang berkesempatan kuliah. Rata-rata hanya sampai SMA atau SMK dan sudah kemudian bekerja dan menikah.

Masih diusia kuliah, putranya itupun menampakkan mulai aktif di masyarakat sebagai pengurus remaja masjid. Kemudian menjadi pengajar TPA hingga sempat diamanahi selaku ketua Badan Koordinasi TKA-TPA kecamatan.

Waktu berlalu, sang anak pun lulus S1. Dan selang beberapa minggu setelah melalui seleksi ketat, sang anak telah dinyatakan diterima bekerja sebagai salah satu guru honorer sekolah swasta rintisan.

Sekolah yang belum begitu wujud karena siswa baru ada kelas 1, ijin operasional sedang diproses dan gedung masih pinjam bangunan lama yang tidak dipakai.

Namun, perlahan dan pasti sekolah itupun berkembang. Ratusan jumlah siswanya bahkan menjadi yang terbesar di Kabupaten Bantul. Yaitu SD Unggulan Aisyiyah Bantul.

Selain sebagai guru kelas, sang putra pun ditugasi sebagai wakil kepala sekolah dan setelah 4 tahun berlalu, amanah sebagai Kepala Sekolah pun diembankan padanya.

Di luar sekolah, sang putra tetap aktif diorganisasi. Setelah beberapa waktu mengemban amanah sebagai ketua Pemuda Muhammaditah Ranting kemudian lanjut mendapat amanah selaku sekretaris Pimpinan Ranting Muhammadiyah. Ia mulai banyak beradaptasi komunikasi dengan bapak-bapak yang lebih senior, hingga Musyawarah Ranting untuk pergantian kepengurusan baru di tahun 2016, sang putra pun terpilih sebagai Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah periode 2015-2020.

Ada rasa haru dan kesyukuran terpancar dari wajah sang ayah yang mulai berusia lanjut. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, putranya menjadi diantara tokoh di masyarakat. Sebagai ketua PRM, sering mendapat jadwal khutbah jumat, mengisi pengajian. Mulai dipercaya ketika ada hajatan pernikahan untuk sebagai wakil keluarga untuk masrahke atau menerima calon pengantin. Dan tugas-tugas masyarakat yang lain. Sungguh, itu adalah diantara cita-citanya yang jauh hari bertahun lalu beliau harapkan. Ingin diantara anak keturunannya bisa menjadi orang. Bukan tentang hartanya, tetapi perannya di masyarakat.

Begitu kalimat sang ayah diungkapkan pada putranya.

Masyaallah, Subhanallah, Astaghfirullah..

Entah ujub, sombong, atau syukur, tak bisa sang anak simpulkan atas gejolak hati mendengar pengakuan sang ayah.

Yang jelas, ia tidak bisa menyembunyikan nikmat. Nikmat menjadi wujud dari sebuah doa tulus orang tuanya,  ini sungguh karunia luar biasa. 

Semoga kondisi bisa berbuat untuk kebaikan di masyarakat ini terus dilimpahkan Allah SWt kepadanya, kepada sang putra, yaitu saya sendiri penulis kisah ini. Dan semoga Ayahanda betul-betul bangga pada putranya dan terus mentautkan doa untuk kebaikan dunia dan akhirat, dirinya dan keluarganya. Terkhusus pada kami anak-anaknya. Dan kami pun mendokan yang terbaik untuk ayahanda serta bunda. 

Salam takdzim dan terima kasih yang tak terhingga atas pengorbanan selama ini.

Terkhusus kepada *Pimpinan Daerah Aisyiyah Bantul* yang memberikan kesempatan dan kepercayaan pada kami untuk turut mengabdi, semoga Allah SWt meridloi setiap langkah perjuangan ibu-ibu dan kita semua. Kami bangga sebagai guru di amal usaha bidang pendidikan Aisyiyah.

Salam dari ayah dan bunda kami, Bapak Amir-Ibu Lanjariyah.


---

Dahromo, 2 September 2020










Rabu, 02 September 2020

ZIARAH MAKAM KH. AHMAD DAHLAN



Bertepatan tanggal milad 111 tahun Muhammadiyah hari ini saya menyempatkan ziarah ke makam Alm. KH. Ahmad Dahlan pendiri Persyarikatan Muhammadiyah di Karangkajen, Yogyakarta. Dan baru kali ini saya melihat langsung makam ulama besar sekaligus pahlawan nasional itu. Sangat sederhana tidak seperti kebanyakan tokoh besar yang makamnya dibangun sedemikian rupa.

Tidak ada orang lain disaat saya memasuki area makam tersebut. Padahal ini hari penting bertepatan milad organisasi besar yang didirikan oleh alm. KH. Ahmad Dahlan. Artinya memang tidak ada tradisi ziarah khusus dihari penting berdirinya Muhammadiyah, apalagi hari2 biasa. Warga Muhammadiyah tidak anti ziarah kubur, tetapi memang tidak ada kebiasaan sebagaimana sebagian masyarakat lain lakukan.

Sungguh, saya dan kita pantas iri terhadab beliau. Organisasi yg beliau dirikan 111 tahun lalu, hingga kini terus bergerak dan semakin semarak. Ribuan amal usaha pendidikan, rumah sakit, tempat ibadah, dan aneka lembaga sosial keagamaan terus lahir dari persyarikatan ini untuk umat, untuk bangsa. Betapa besar manfaatnya. Betapa dahsyat insyaallah aliran pahala dari jariyah yg beliau tinggalkan ini. Masyaallah..

Ya Allah, ijinkan hamba untuk mampu mengikuti tauladan orang2 yg engkau ridloi dalam beramal. Jadikanlah amalan kami, amalan yg Engkau terima. Barokah dunia akhirat. Aamiin..

8 Dzulhijjah 1441 H

29 Juli 2020 M

Abi Husna

 


Minggu, 02 Agustus 2020

MBOK SONTO & SEMANGAT BERQURBAN

Mbok Sonto Memangku De Faraz
Mbok Sonto, demikian aku memanggilnya. Beliau adalah nenekku. Ibu dari ibuku. Mbah buyutnya de Husna dan de Faraz yang dalam foto beliau pangku. 
Aku ingin ceritakan sedikit tentang beliau, tentang Mbok Sonto.

Mbok Sonto saat ini hanya tinggal seorang diri di rumah. Usianya hampir 80 tahun. Suaminya sudah lama meninggal, sekitar 20 tahun lalu. Walaupun anak-anaknya banyak, tapi masing-masing karena sudah berkeluarga maka tinggal di rumah bersama keluarganya sendiri tidak lagi bersama Mbok Sonto.

Tidak ada masalah dengan anak2nya. Hanya dalam kesendirian yang saat ini pun beliau sudah tidak bekerja maka praktis pemasukan tidak ada kecuali pemberian anak-anak yang cukup sekedar untuk makan sehari-hari. Beruntung ada bantuan pemerintah semacam PKH. 

Dulu beliau adalah bakul jamu gendong. Beliau meramu sendiri, membungkus, dan menjualnya dengan di gendong dan diedarkan pada warga yang menghendaki. Tidak hanya di kampung tempat tinggalnya tetapi hingga jarak 2-3 km beliau jajakan jamu gendongnya. Hingga suatu ketika beliau mengalami kecelakaan, terjatuh hingga cidera dan sulit untuk kembali beraktivitas dengan normal. Beliaupun memutuskan untuk berhenti membuat jamu.

Sejak saat itu beliau hanya beraktivitas ringan di rumah. Tetapi bila waktu sholat tiba, walau tertatih beliau tetap berangkat menuju musholla yg jaraknya tidak begitu jauh dari rumah. Jamaah sholat fardlu hampir tidak pernah beliau tinggalkan. Di pagi hari ketika matahari mulai cerah, beliaupun selalu melaksanakan sholat sunnah dhuha.
Selain itu, ada hal yang menurut saya luar biasa. Seingat saya setiap Idul Adha, beliau selalu ikut berqurban sapi. Sejak saat usahanya dulu masih lancar maupun ketika saat ini beliau hanya mendapatkan rezeki yang tidak seberapa dari pemberian anak-anaknya atau pun bantuan pemerintah. Sedikit yang beliau dapatkan tidak lupa sebagian disisihkan dan dengan cara demikian beliau bisa selalu ikut berqurban.
Padahal di lingkungannya, harga hewan qurban tergolong tinggi. Untuk bisa ikut qurban rombongan sapi maka per orang harus iuran lebih dari 3 juta.

Semangat ibadah yang tinggi inilah yang menurut saya pantas kita teladani. Bahkan dalam keterbatasan, tidak ada pemasukan pasti seperti halnya pegawai atau pekerja aktif, tetapi tidak ada kekhawatiran akan kurangnya rezeki untuk melaksanakan ibadah qurban.

Dan saya bersyukur, orang-orang dengan semangat ibadah yang tinggi seperti beliau banyak di kampungku, di dusun Dahromo. Maka, tidak heran ketika Idul Adha ini jumlah hewan qurban mencapai 13 ekor sapi dan 44 ekor kambing.

Semoga Mbok Sonto dan setiap kita yang senantiasa ikhlas dalam beribadah, berqurban, selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap aktivitasnya hingga kelak Allah meridloi kita memasuki Surga-Nya, Jannatun Na'im. Aamiin.

*Triyanto
12 Dzulhijjah 1441 H

Kamis, 14 Mei 2020

10 Halaman Pertama




Alhamdulillah. Bahagia, bangga dan bersyukur. Hari ini de Husna mampu mencapai targetnya sendiri, tadarus Al-Qur'an dengan disimak ayahnya hingga 10 halaman.

Sejak pagi sahur dia sudah ikrar, hari ini mau mengaji hingga 10 halaman. Kemudian ia utarakan teknisnya. Habis sholat subuh 2 halaman. Usai dzuhur 2 halaman, ashar 2 halaman, maghrib dan isya masing-masing juga 2 halaman. Ia tampak yakin akan mampu melaksanakannya. Padahal biasanya hanya 2-5 halaman sehari. Itu pun tidak jarang halaman akhir sudah mulai ngambek, kadang juga sambil menangis.
Benar, usai subuh ia pun mau disimak mengaji 2 halaman. Dengan ritme yang masih pelan, sekitar 5-6 menit untuk satu halaman. Dan belum bisa lebih cepat dari itu. Tetapi Alhamdulilah sudah mulai memperhatikan tajwid. Bacaan panjang pendek, ikhfa’, idzghom, tasdid, dsb.

Masalah muncul, usai dzuhur baru 1 halaman mengaji ia minta berhenti. Ia mau ikut ibunya pergi dulu. Kebetulan ibunya ada keperluan untuk membeli sesuatu di warung. Ayah pun membujuk untuk tidak usah ikut ibu,  “De, ndak usah ikut ibu. Nanti mengajinya ndak jadi bisa 10 halaman lho”. Tetapi ia tetep mau ikut ibunya dan bilang, “ Aku tetap mau iku ibu. Nanti pulang terus langsung ngaji lagi mau”.
Terpaksa mengaji ditunda. De husna pun ikut ibunya ke warung. Ternyata Ibu tidak sekedar ke warung, ada keperluan lain sehingga agak lama perginya dan baru pulang ketika waktu ashar tiba.
“Lho, adek jadi habis dzuhur ndak bisa 2 halaman to?!”
“Kan bisa nanti lagi” jawabnya.
“Habis ashar berarti adek baca 3 halaman” sahut ayah.
“Ndak mau, tetap 2. Nanti yang satu halaman sebelum maghrib.”
Dalam hati ayah senang, ternyata walau ada teknis yang meleset, de Husna langsung mencoba berfikir tentang alternatif waktu, dan munculah 1 halaman sebelum maghrib sebagai penebus kekurangan 1 halaman usai dzuhur. Artinya ia masih optimis untuk mampu meraih target 10 halaman hari ini.

Ayah mencoba bertanya lagi untuk memantabkan.
“Adek setelah mengaji 2 halaman usai ashar, terus bobok saja. Ayah khawatir nanti malam setelah taraweh de Husna sudah sangat ngantuk dan ndk mau mengaji”.
“Ndak mau!” jawabnya tegas.
“Dari pada bobok siang, Aku lebih memilih nanti malam mengaji walau mengantuk”, lanjutnya.
“Benar?”, tanya ayah agak menyangsikan.
“Iya. Kalau nanti ternyata de Husna ndak mau mengaji karena ngantuk. Ayah boleh menghukum de Husna. Seharian besok de Husna ndak usah dipinjami HP”.  

Masya Allah, haru ayah mendengar komitmentnya. Dalam hati ayah berdoa semoga nanti betul-betul lancar, karena biasanya kalau sudah mengantuk de Husna ngambek kalau disuruh mengaji.

Waktu berlalu, 1 halaman usai maghrib terlaksana. 2 halaman setelah maghrib pun dilaksanakan dengan masih semangat. Usai isya dan sholat taraweh wajah de Husna sudah menunjukkan kantuk. Tetapi ketika diingatkan untuk mengaji masih 2 halaman lagi, ternyata dijawab siap.
1 halaman mampu dibaca dengan lancar tetapi mulai dengan suara yang semakin lirih karena kantuk.
“Masih kurang satu lagi lho de!”.
Ia tampak berfikir.
Ayah pun paham, De Husna butuh motivasi atau bantuan untuk mampu menyelesaikan.
“Sini, ngajinya yang 1 halaman sambil ayah pangku”.
De Husna pun segera menuju pangkuan ayah dan mulai membaca halaman terakhir untuk mencapai target 10 halaman hari ini.

Alhamdulillah, akhirnya selesai. Target mengaji 10 halaman hari ini tercapai. dan ini adalah pertama kali de Husna mampu mengaji dalam sehari 10 halaman. Tiba-tiba, kantuknya seperti hilang.
“Ayah, hadiahnya mana?!” serunya dengan menunjukkan ekspresi berharap.
Ayahpun mengeluarkan dompet, diambilnya satu lembar uang warna hijau. Rp20.000.
“ini”, kata ayah sambil menyerahkan uang tersebut. Binar bahagia de Husna menerima hadiah tersebut dan Ia pun bertekad untuk hari-hari berikutnya kalau bisa 10 halaman terus atau malah 1 juz.
Semoga bisa. dan ayah sama ibu tentunya sangat berharap, kelak engkau pun menjadi anak yang benar-benar sholihah. Rajin beribadah, taat dan hormat dengan orang tua, berprestasi dan mampu berbuat banyak untuk kebaikan khususnya untuk agama Islam. Aamiin.

*Abi Husna
*Ramadhan-20-1441

Kamis, 30 April 2020

Bila Istri Tanya Suami Mau Dimasakin Apa?


"Yah, nanti mau sahur pake apa?"
Umumnya suami atau laki2 kalau ditanya tentang makanan akan bingung menjawab. Bukan karena berfikir tentang menu spesial atau khawatir istri tidak bisa siapkan. Akan tetapi, bagi laki2, makanan bukanlah sebuah obsesi. Tidak harus ini atau itu. Yang penting makanan baik. Pun juga tidak harus bervariasi. Karena bagi laki2, makanan adalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan energi, bukan untuk memenuhi selera. Ada kalanya variasi perlu, tapi bukan hal mutlak.
Sisi lain, istri merasa ingin memberikan layanan spesial dengan memenuhi harapan suami. Sehingga ditanyakanlah "Nanti mau maem apa?"
Dalam kebingungan dan tidak ingin cuek pada istri, kadang suami menjawab sekenanya, "Lele bakar" misal. Maka istri pun merasa mendapat jawaban dan mandat. Dia akan dengan sepenuh hati mengupayakan untuk bisa menyiapkan adanya "Lele bakar". Walaupun dia harus repot2. Rawe2 rantas, malang2 putung. Karena dalam benak istri, ini adalah bagian dari pengabdian totalitas layani suami. 😊😊
Padahal, benar, jawaban suami tadi hanya sekenanya atau iseng saja. Bukan karena suami terobsesi lele bakar. Bahkan menu lain pun tidak masalah.

Jadi, kepada ibu2 atau calon ibu. Anda tidak harus sering menanyakan kepada suami "nanti mau dimasakin apa?". Bagi suami, apa pun masakannya yang penting dihidangkan dengan lembut dan sepenuh hati oleh istri, itu lebih spesial dari menu apa pun. 😊🙏

*Abi Husna
#Ramadhan5

Inginnya Perhatian Tapi Bisa Salah Paham


"Say, baru ngapain? 😘💖"
"Pa, lagi dimana? 
😍"
Kadang suami atau istri akan menanyakan kondisi pasangannya lewat WA, telepon, video call, atau apapun caranya untuk mengetahui kabar ketika tidak sedang bersama.
Tapi, ternyata intensitas menanyakan kabar ini kadang justru menimbulkan salah paham.

Fitrahnya wanita, akan senang, merasa diperhatikan, dan dicintai bila sering dihubungi suami. Sering di WA, ditanya kabar dll.
Dan karena istri merasa senang diperlakukan seperti itu walaupun mungkin faktanya suami justru jarang bertanya kabar, maka istri pun sering melakukan hal yang demikian pada suami. Tanya kabar, tanya baru ngapain, lagi dimana dll. Bahkan detail megingatkan tentang sudah makan belum, dst.

Sobat,
Perlu diketahui ada beda persepsi antara laki-laki dan perempuan dalam mensikapi masalah. Termasuk masalah memberi perhatian lewat tanya kabar.
Laki-laki yang sering ditanya bla-bla-bla, oleh istri. Ternyata tidak sebagaimana istri yang kemudian senang merasa diperhatikan, dicintai. Tetapi laki-laki bila terlalu sering ditanya kabar, dll, justru merasa seakan kurang dipercaya. Dalam kondisi yang tidak terlalu penting laki-laki ingin fokus dalam beraktivitas sebagai bentuk tanggung jawab dan profesional kerja. Ini mungkin juga fitrahnya laki-laki.
Dan karena laki-laki memiliki persepsi demikian, ia pun merasa percaya pada istri, memberi kesempatan istri fokus kerja atau aktivitas pokok di rumah sehingga suami sengaja tidak terlalu sering tanya kabar, khawatir justru mengganggu.

He, bisa dipahami perbedaan di atas.

Niat baik belum tentu dipahami sama. Sering ngaruhke adalah hal yg diharapkan istri, tetapi sebaliknya suami ingin diberi waktu cukup untuk fokus beraktivitas sebagai bentuk tanggung jawab pada keluarga. Pun demikian, Suami yang percaya pada istri sehingga tidak mau mengganggu dengan sering tanya kabar justru dipersepsi istri kurang perhatian.

Terus, sebaiknya gimana?

Tentunya suami maupun istri harus memahami dulu bahwa laki-laki dan perempuan itu punya karakter yg berbeda.
Selanjutnya, sesibuk apapun suami, sepercaya apa pun pada istri, tetap harus meluangkan waktu untuk tanya kabar atau "ngaruhke" istri. Karena ini adalah bagian dari kebutuhan istri.
Sebaliknya, istri. Se kangen apa pun, atau se penasaran apa pun tentang kondisi suami, harus menjaga ritme untuk tidak terlalu sering tanya kabar atau "ngaruhke" suami.
Dan tetap berprasangka baik serta tawakkal kepada Allah SWT. Insyaallah semua akan nyaman dan 'Samawa'.

Meskipun demikian, ini tetaplah hanya sebuah gambaran kondisi umumnya. Sedangkan masing2 pribadi tentunya punya keunikan dan kelebihan tersendiri untuk ikhtiar menjadi pribadi yang lebih baik, lebih pengertian bagi pasangannya.

Tetap semangat puasa. Jaga kesehatan dan jaga jarak untuk lawan corona. Khususnya di siang hari.😅😀

*Abi Husna
#Ramadhan7

Senin, 27 April 2020

Saryanto Koteng Nyalon Lurah

"Assalamu'alaikum. Nyuwun sewu pak, mohon dukungan dan doanya, saya maju sebagai calon lurah desa Segoroyoso 2020-2026"
Tiba2 WA itu masuk ke HP saya. Spontan kaget , tidak menyangka. Tetapi beberapa detik kemudian saya menjadi salut dan mengapresiasi keputusan dan keberaniannya untuk ikut kontestasi calon lurah.
Biasanya calon lurah adalah identik orang yang memiliki kemampuan ekonomi dan dari keluarga yang "besar". Karena jaman sekarang, walaupun hanya tingkat lurah tapi hampir pasti butuh biaya puluhan hingga ratusan juta utk proses kampanye.
Sedangkan, dia, teman saya ini, setahu saya dari keluarga biasa. Ibunya hanya penjual jamu keliling. Dia sendiri saat ini berprofesi sebagai karyawan di salah satu sekolah tinggi swasta di Jogja dengan tugas utama sebagai juru parkir.
Tetapi, memang dia memiliki jiwa pengabdian kepada masyarakat yg tinggi. Setidaknya dari pengalaman selama ini; pernah diamanahi sebagai ketua muda-mudi dusun Dahromo I (IMDI), wakil ketua siskamling hingga 3 periode dan juga aktivis karangtaruna desa Segoroyoso.
Tentang ketaatan beribadah, saya tahu persis dia termasuk pemuda yg rajin beribadah 5 waktu ke masjid/musholla. Kecuali akhir-akhir ini karena kondisi wabah corona.
Sebelum saya memastikan jawaban atas WA dia, saya ingin tahu persis tujuan dan motivasinya untuk maju sebagai calon lurah. Dan siang ini, saya minta dia ke rumah untuk bincang2 tentang hal tersebut.
Setelah panjang lebar dia jelaskan tentang kronologis hingga ia putuskan untuk daftar sebagai calon lurah, saya hanya pesan, pastikan niat benar, ikhlas untuk pengabdian dalam rangka mencari ridlo Allah, lakukan dengan cara-cara benar, dan laksanakan sebaik dan semampu kalau amanah itu pada waktunya tiba.
Walaupun bila saat ini disurvei, mungkin peluang dia terpilih kurang dari 20% karena dia akan berkompetisi melawan inkamben yang maju untuk periode ke 3, tetapi apapun bisa saja terjadi. Keputusan sudah diambil, lanjut dengan ikhtiar semampunya dan pasrahkan hasilnya pada Allah SWT.
Semoga sukses mas Bang Koteng!!..
Eh, ada satu ganjalan yg tadi belum saya ungkapkan ketika bincang2. Bila nanti dia terpilih jadi lurah, mana "Bu Lurahnya?". 😀😀

Kurus

Teringat ketika usia SD, keseharian sangat sedikit minum. Mungkin sehari hanya 1 gelas saya minum. Hampir tidak pernah merasa haus. Bahkan, ketika bulan Ramadhan dan berbuka puasa di musholla bersama teman-teman, kadang saya tidak kebagian minum. Dan saya merasa biasa. Usai makan makanan berbuka, yaitu nasi bungkus. Sudah. Tidak dilanjut minum.
Dan tentunya kebiasaan jarang minum ini berdampak secara fisik. Saya sangat kurus.
Di kelas 6 SD berat badan saya tidak lebih 25 kg. Ketika SMP baru terasa ketidakPeDean karena badan sangat kurus.
Di SMP inilah saya mendengar teori minum minimal 8 gelas sehari. Tetapi karena berawal sangat minim minum, maka saya paksakan pun sehari maksimal hanya bisa minum 4 gelas.
Dan mungkin karena sudah terlanjur begitu "kurus", sedikit peningkatan kebiasaan minum tersebut belum bisa meningkatkan performa fisik. Tetep kurus. Sampai kemudian di usia SMK dan perguruan tinggi. Berat badan saya hanya sekitar 47-49 kg dengan tinggi badan 167.
Usaha untuk meningkatkan berat badan dengan menambah porsi makan dan minum terus dicoba. Tetapi seakan sudah menjadi takdir saya tidak bisa gemuk, atau setidaknya pingin tidak terlalu kurus. Pasrah.
Waktu berlalu, ilmu, pengalaman, bertambah.
Singkat cerita, seperti halnya rumor yang banyak disampaikan orang. Setelah menikah biasanya orang akan tambah gemuk.
Ternyata rumor tersebut terbukti. Alhamdulillah, setelah menikah ternyata perlahan berat badan saya pun bertambah. Kini, sudah lebih dari 10kg pertambahan berat badan saya dari posisi saat menikah.
Jangan tanya, bagaimana dengan istri. Yulian Istiqomah? Tentunya tidak hanya bertambah 10kg. Tapi, Alhamdulillah tetap cantik. Bahkan semakin cantik. 😍😃😀

Kamis, 09 April 2020

HIMBAUAN KEPADA WARGA DAHROMO TERKAIT WABAH VIRUS CORONA

Oleh: Ketua PRM Dahromo

Assalamu'alaikum w w
Bapak/ibu dan sederek semua warga Dahromo yang kami hormati.
Saat ini kita diuji dengan kondisi yang belum pernah kita jumpai sebelumnya, yaitu wabah virus corona yang penyebarannya sangat cepat bahkan sudah menjangkau ratusan negara.
Virus menyebar dari orang ke orang. Tempat yg mulanya aman, dalam hitungan hari bisa saja menjadi rawan dan banyak orang yang terjangkit virus tersebut. Ketika 1 orang terjangkit di suatu daerah, akan dengan mudah segera menular pada orang lain. Meskipun tidak semua orang yg terjangkit ini kemudian sakit parah atau bahkan sampai meninggal, akan tetapi, faktanya banyak orang yang karena terkena virus ini kemudian sakit hingga meninggal dunia. Bahkan kalau dihitung secara global, sudah puluhan ribu orang yang meninggal akibat virus ini.

Pemerintah, MUI, Ormas islam termasuk Muhammadiyah telah banyak berikhtiar untuk mengantisipasi penyebaran virus ini.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan maklumat, disusul Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah. Mereka mengambil keputusan dan kebijakan tentunya sudah dengan pertimbangan dan melibatkan para ahli dan pakar.
Diantara maklumat mereka adalah agar kita menjaga kebersihan, sering cuci tangan dan memakai masker ketika keluar rumah serta senantiasa menjaga jarak. Bahkan melalui fatwa ulama, kita dihimbau untuk sementara sholat fardlu di rumah. Tidak melaksanakan kegiatan berkumpul banyak orang. Bahkan, sholat jum'at pun sementara diganti sholat dzuhur 4 rokaat di rumah masing-masing.
Ini bukan berarti kita lebih takut virus daripada Allah, tetapi ini adalah ikhtiar menjaga kesehatan yg insyaallah juga ada rujukan dalilnya sehingga para ulama berani mengambil fatwa demikian.

Bapak, Ibu, dan sederek semua. Saat ini khususnya di dusun kita Dahromo Alhamdulillah belum tampak wabah ini menyerang, dan tentunya kita tidak ingin itu terjadi.
Oleh karenanya, kami atas nama Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dahromo mengajak bapak/ibu dan sederek semua untuk bersama-sama berikhtiar mencegah wabah ini.
Kita ikuti protokol pencegahan seperti yg sudah banyak disampaikan para ahli melalui berbagai media.
Khususnya tentang ibadah, PRM Dahromo bersama takmir masjid dan para tokoh masyarakat sepakat untuk mengikuti Maklumat Persyarikatan Muhammadiyah. Untuk sementara kita sholat fardlu di rumah masing-masing dan meniadakan sholat Jum'at, diganti sholat dzuhur 4 rokaat di rumah.

Adapun kepada warga yg memilih untuk tetap melaksanakan sholat jum'at, PRM tidak memiliki kewenangan melarang, kita tetap menghormati dan kita silahkan mencari masjid yg menyelenggarakan jum'atan. Meskipun demikian, kami berharap untuk bisa menyesuaikan himbauan ini. Kami khawatir, dengan melaksanakan sholat jum'at di luar daerah justru bisa menjadi media penularan/penyebaran virus corona tsb.

Demikian himbauan dan ajakan ini kami sampaikan, mohon bisa disebarluaskan beserta surat intruksi dari PDM Bantul di bawah ini. (File tersendiri).
Semoga Allah SWT meridloi ikhtiar kita dan senantiasa memberikan kesehatan, ketetapan iman, islam, serta teguh dijalan yg benar.

Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum w w.

Hormat kami
Triyanto, S.Pd.

Jumat, 13 Maret 2020

Ragam Formasi Shalat Qiyamullail 11 Raka’at

Pendahuluan
Shalat sunnah adalah shalat yang dituntunkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk dikerjakan sebagai tambahan (nafilah) pahala selain shalat wajib. Di antara shalat sunah yang senantiasa ditunaikan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam adalah shalat dua raka’at sebelum shalat shubuh dan shalat malam. Salah satu keistimewaan dua shalat sunah ini adalah keduanya tetap ditunaikan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam meskipun dalam posisi safar atau perjalanan. Diriwayatkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tetap menunaikan shalat sunah qabla shalat Subuh meskipun waktu shalat Subuh sudah melampui waktunya. Nabi pun tetap menunaikan shalat malam meskipun dalam suasana genting upaya perdamaian Hudaibiyah. Pada bulan Ramadlan, shalat malam ini pun termasuk yang sangat dianjurkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam untuk ditunaikan. Karena itu, kiranya dipahami mengapa Himpunan Putusan Tarjih (HPT) memasukan shalat malam di bulan Ramadlan sebagai amalan utama. Hal ini, antara lain, didasarkan pada Hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut:
“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasullllah shalallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan para sahabat untuk menunaikan shalat qiyamu Ramadlan tanpa menghukuminya wajib, kemudian beliau menegaskan:”Siapa yang menunaikan shalat qiyami Ramadlan dengan landasan iman dan mengharap pahala Allah niscaya dosa masa lalunya diampuni.” (HR. Bukhari Muslim)

Shalat qiyamu Ramadlan didefinisikan Majelis Tarjih sebagai shalat malam di bulan Ramadlan yang batas waktunya antara pasca shalat Isya hingga fajar sebelum datang waktu Subuh (2011:32-33). Shalat qiyamu Ramadlan ini di luar Ramadlan diistilahkan sebagai shalat tahajud, qiyamullail, dan witir (2003:91) dengan jumlah 11 raka’at. Jumlah 11 raka’at itu dilaksanakan, antara lain, dengan dengan formasi 4-4-3 serta 2-2-2-2-3. Formasi pertama didasarkan pada Hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah radhiallahu ‘anhuma dari Bukhari Muslim, formasi kedua didasarkan pada Hadits Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma riwayat Ashabus Sunan (2009:186; dan 2011:37-38) sedangkan formasi kedua dirujukkan pada beberapa Hadits, yaitu Hadits riwayat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma dalam Ashhabussunan. Formasi ketiga 2-2-2-2-2-1 didasarkan pada Hadits Zaid bin Khalid al-Juhani riwayat Muslim (2010). Penyamaan Majelis Tarjih terhadap shalat qiyamu Ramadlan dengan tahajud, witir, dan qiyamullail serta penggunaan kata “antara lain” dalam buku Tuntunan membuka peluang untuk dilaksanakannya formasi lain sebagaimana yang pernah dipraktekkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam selama hayatnya.

Formasi-formasi lain Shalat Qiyamu Ramadlan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
Di antara formasi lain yang belum disebutkan oleh buku Tuntunan Ramadlan Majelis Tarjih Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

a.     Formasi 8-1-2
“Dari Abu Salamah dia berkata: ”Saya bertanya kepada Siti Aisyah tentang shalat (malam) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam Siti Aisyah menjawab, ”Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menunaikan shalat 13 raka’at. Beliau tunaikan shalat delapan raka’at kemudian menunaikan witir satu raka’at lalu beliau shalat dua raka’at sambil duduk saat hendak ruku’ beliau berdiri kemudian ruku’. Setelah itu, beliau tunaikan shalat (qabla Shubuh) dua rakaat antara adzan dan iqamat sebelum shalat Shubuh.” (H.R. Muslim)

b.     Formasi 8-2-1
“Dari Said dari Qatadah dengan sanad yang sama dia berkata: Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menunaikan shalat delapan raka’at tidak duduk pada delapan rakaat itu kecuali pada yang kedelapan, kemudian beliau duduk tasyahud lalu berdzikir kepada Allah dan berdoa tasyahud, lalu beliau membaca salam yang nyaring kemudian beliau shalat dua rakaat sambil duduk, setelah beliau salam kemudian beliau shalat satu raka’at. Itulah sebelas raka’at anakku...” (Sunan Abi Daud)

c.     Formasi 9-2
“Dari Sa’ad bin Hisyam dia berkata wahai Ummul Mukminin berikanlah kepada ku tentang shalat witir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam Siti Aisyah menjawab: ”Kami siapkan siwak dan air wudlu (untuk Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam) hingga Allah membangunkan beliaushalallahu ‘alaihi wasallam pada batas waktu malam sesuai dengan kehendak-Nya, lalu beliau bersiwak dan berwudlu lalu menunaikan shalat delapan raka’at. Beliau tidak duduk tasyahud kecuali pada raka’at kedelapan. Saat beliau duduk, beliau berdzikir kepada Allah seraya berdoa, lalu beliau bangkit tidak membaca salam, kemudian beliau shalat untuk raka’at kesembilan lalu duduk tasyahud berdoa kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam lalu membaca salam yang nyaring, lalu beliau menunaikan shalat dua raka’at sambil duduk. Itulah seluruhnya berjumlah sebelas raka’at.” (HR. Muslim)

“Dari Abu Salamah dia berkata: Saya bertanya kepada Siti Aisyah, wahai Ibu bagaimana shalat malam Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam? Aisyah menjawab: sembilan raka’at (ditunaikan) sambil berdiri dan dua rakaat (ditunaikan) sambil duduk. Dan dua raka’at antara adzan dan iqamat.” (HR. Ahmad)

d.     formasi 10-1
Dari Siti Aisyah radhiallahu ‘anhuma dia berkata: ”Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallammenunaikan shalat malam sepuluh raka’at kemudian menunaikan witir satu raka’at, lalu beliau menunaikan shalat sunat qabla Shubuh dua raka’at.” (HR. An-Nasai)

e.     Formasi 4-5-2
Dari Abdullah bin Abbas dia berkata: ”Aku bermalam di rumah bibiku Siti Maimunah, kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam shalat Isya lalu datang untuk menunaikan shalat malam, lalu beliau tunaikan empat raka’at lalu tidur, kemudian beliau bangun dan berwudlu. Kata Abdullah bin Abbas:”Aku tidak mengingat wudlunya, kemudian beliau berdiri untuk menunaikan shalat malam, aku pun ikut berdiri di samping kirinya, lalu beliau menempatkanku di samping kanannya, lalu beliau shalat lima raka’at, lalu dua raka’at, lalu beliau tidur kemudian (bangun lagi untuk) shalat dua rakaat qabla shubuh, lalu beliau keluar rumah menuju masjid untuk shalat shubuh.” (HR. An-Nasai)

f.       Formasi 2-2-2-5
Dari Siti Aisyah dia berkata: “Adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menunaikan shalat malam 13 raka’at Beliau menunaikan witir 5 raka’at yang tidak duduk kecuali di akhir Rakaatnya.” (Shahih Muslim)

g.     Formasi 8-3
Dari Ummu Salamah dia berkata: ”Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menunaikan shalat malam 13 raka’at (dengan formasi) delapan raka’at kemudian witir 3 raka’at dan menunaikan shalat dua raka’at sebelum Shubuh.” (HR. An-Nasai)

h.     Formasi 2-7-2
“Dari Siti Aisyah radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallammenunaikan shalat malam 13 raka’at, beliau melakukan witir 7 raka’at – atau sebagaimana dikatakan Aisyah kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tunaikan dua raka’at sambil duduk dan dua raka’at sunat sebelum Shubuh.” (HR. Abu Daud)

11 Rakaat Diawali dengan Dua Raka’at Ifititah Khafifatain
Putusan Tarjih tentang Tuntunan Shalat Qiyamu Ramadlan sejak lama telah menetapkan bahwa shalat malam di atas ketika ditunaikan diawali dengan pelaksanaan shalat ifititah khafifatain, shalat dua raka’at yang ringan. Pelaksanannya ketika shalat malam dilaksanakan berjamaah, maka ifititah khafifatain pun ditunaikan berjamaah dengan cara bacaan jahr atau dinyaringkan. Ini, antara lain, didasarkan pada Hadits-Hadits berikut ini:
“Dari Siti Aisyah radhiallahu ‘anhuma dia berkata: ”Adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika menunaikan shalat malam memulai shalatnya dengan dua raka’at yang ringan.” (HR. Muslim)

“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallambersabda: Jika salah seorang di antaramu menunaikan shalat malam maka mulailah shalatnya dengan dua raka’at yang ringan.” (HR. Bukhari Muslim)

“Dari Kuraib “pembantu” Abdullah bin Abbas dia menceritakan bahwa dia bertanya kepada Abdullah bin Abbas bagaimana tentang cara shalat lama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam? Adullah bin Abbas menjawab: ”Saya bermalam bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau bermalam di rumah Siti Maimunah. Nabi tidur hingga masuk 1/2 atau 2/3 malam. Kemudian bangun menuju wadah yang ada airnya. Nabi berwudlu saya pun berwudlu. Nabi berdiri untuk tunaikan shalat malam saya pun berdiri di samping kirinya, kemudian Nabi menarik saya ke sebelah kanannya, kemudian Nabi pun letakkan tangannya di atas kepala saya, Nabi menggosok-godok telinga saya seakan Nabi bangunkan saya (dari kantuk saya). Kemudian Nabi tunaikan shalat dua rakaat yang ringan. Saya berkata: Kemudian Nabi membaca dalam dua rakaat yang ringan itu surat al-Fatihah dalam setiap rakaatnya kemudian membaca salam. Kemudian tunaikan shalat hingga 11 rakaat dengan witir ...” (H.R. Abu Daud)


*) Tulisan ini sebelumnya pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah 13 / 98 | 22 Syakban - 7 Ramadlan 1434 H


Oleh: Wawan Gunawan Abdul Wahid *)
Alumni Angkatan Pertama PP Darul Arqam Muhammadiyah Garut (1978-1984),
Kadiv Kajian Kemasyarakatan dan Keluarga MTT PP Muhammadiyah.

TULADHA PANAMPI PASRAH NGUNDUH MANTU

  Assalamu 'alaikum wr.wb. Alhamdulillahirobbil’alamin….   Mugi kawilujengan, karahayon, katentreman, kabegjan menapa dene kamulya...