Rabu, 29 Desember 2021

GALAU PAK GURU DI HADAPAN PARA BINTANG

 Oleh : Triyanto, S.Pd.

Beberapa hari sebelum penerimaan rapor, ada arahan agar setiap siswa mendapat apresiasi dalam bentuk piagam atas keunggulan anak-anak. Sebagai contoh; siswa paling tertib, paling berani, paling santun, paling pemurah, dll. Diharapkan dengan apresiasi ini siswa akan termotivasi dan meningkat belajarnya.

apresiasi individu menyangkut karakter atau kebiasaan tentu butuh pencermatan dan cukup data untuk memastikan bahwa siswa A adalah paling “ini” dibanding siswa lain. Sedangkan satu semester ini kegiatan belajar masih terbatas karena kebijakan antisipasi pandemic Covid-19, maka menjadi tidak sederhana untuk memberikan predikat “Paling” pada setiap siswa dengan tepat. Salah dalam memberikan apresiasi atau predikat tentu justru bisa berdampak kurang baik juga.

Terbayang nama siswa untuk apresiasi paling disiplin. Tetapi kemudian ingat suasana belajar selama ini di kelas menunjukkan kondusif dan sangat disiplin. Apalagi kemarin Ketika pelaksanaan PAS, disiplin, rapi dan tertib. Dan ini dilakukan oleh semua siswa, satu sama lain memiliki andil disiplin mewujudkan suasana kelas yang disiplin. Maka predikat paling disiplin pada satu siswa menjadi terasa kurang tepat. Semua siswa menunjukkan sikap yang sangat disiplin.

Apresiasi untuk siswa paling pemurah, muncul satu nama. Tetapi kemudian ingat, suasana kelas ketika ada 1 atau 2 siswa yang lupa tidak membawa pensil dan Pak Guru menawarkan pada kelas, “Siapa yang berkenan meminjami pensil Mas A?”. Hampir semua siswa menjawab, “Saya Pak!”. Meski ada juga siswa yang tidak menjawab, tapi pada anak tersebut ketika suatu saat ada teman sebelahnya tidak membawa pewarna. Pak Guru mengatakan pada siswa itu, “Mbak nanti pewarnanya bisa sekalian dipakai Mbak B ya. Mbak B tidak membawa pewarna hari ini.” Dan tanpa rasa berat, dia pun langsung mau berbagi/meminjami pewarna teman. Artinya semua siswa menunjukkan sikap pemurah meski tidak semua ekspresif menjawab seru, Entah siapa kemudian yang paling pemurah.

Apresiasi bagi siswa paling santun. Mencoba mengingat nama yang tepat. Yang muncul adalah wajah-wajah semua siswa kelas 2A yang semangat belajar dan sangat hormat pada guru. Ketika mau ke belakang, semua izin dengan santun. Ketika ditanya suatu hal oleh Pak Guru, semua siswa menunjukkan sikap santun. Antar siswa pun ketika bermain dan berbicara menunjukkan sikap baik dan rukun. Menjelang pulang, para siswa mengucap “Pak, kula badhe mantuk. Assalamu’alaikum.” Ah, siapa yang paling santun?

Masuk pada pemikiran untuk menunjuk siswa paling berani. Nama-nama siswa yang sangat aktif ingin maju ke depan pun bermunculan, sebagai kandidat siswa paling berani. Tetapi teringat juga siswa-siswa yang tampak kalem, tenang, namun ketika diminta ke depan untuk tugas bercerita atau pun yang lain, mereka juga tampak pede, berani. Hanya tidak seagresif beberapa teman lain. Tampilannya di depan juga tidak kalah dengan siswa yang ingin maju paling awal. Duh, siapakah kemudian yang paling berani?.

Kategori-kategori lain pun juga demikian, selalu kesulitan untuk menunjuk satu nama. Bukan karena tidak ada yang pantas, justru semua siswa pantas untuk mendapatkan predikat tersebut. Penyematan predikat “Paling” pada siswa tertentu seperti mengecilkan “Paling” pada siswa lain.

Tiba-tiba masuk WA dari koordinator kesiswaan, mengingatkan kelas 2A belum mengumpulkan data siswa dan kategori prestasi. Piagam sudah akan dicetak, semua kelas sudah mengumpulkan, hanya kurang kelas 2A. “Siap, Bu’. Saya jawab dengan singkat dengan sebenarnya masih sedikit berfikir tentang kategori-kategori tadi. Tetapi bukan berarti galau. Guru mesti punya ide untuk mengatasi aneka situasi.

Inspirasi akhirnya muncul. Siswa kelas 2A tidak harus mendapat apresiasi “Paling” dibanding siswa lain. Potensi keunggulan satu sama lain ada banyak kesamaan, tentang sikap santun, berani, rendah hati, pemurah, dan lain-lain. Dengan tidak mengabaikan karakteristik masing-masing. Mereka semua adalah ibarat bintang, bersinar terang di langit. Bukan satu bintang, tapi semua siswa kelas 2A adalah bintang. Insyaallah kelak mereka akan menjadi bintang-bintang kehidupan, menebar manfaat dan kebaikan bagi sesama. Aamiin.

Izinkan dengan bangga, kategori prestasi setiap siswa kelas 2A adalah sebagai bintang. Bintang kelas 2A Usamah Bin Zaid SD Unggulan Aisyiyah Bantul.

 




 

Bantul, Desember 2021

Rabu, 15 Desember 2021

TERIMA KASIH & SELAMAT KEPADA AYAH BUNDA ORANG TUA SISWA KELAS 2A

Foto di bawah ini diambil pada saat anak-anak mengikuti Penilaian Akhir Semester (PAS) hari terakhir. Tampak suasana tertib dan khidmat anak-anak mengerjakan PAS. Dan seperti inilah suasana sepanjang hari anak-anak kelas 2A mengikuti PAS sejak hari pertama.

Tidak ada kegaduhan, kericuhan dan kesemrawutan suasana dalam pelaksanaan PAS. Ini bukanlah hal sederhana bagi anak-anak kelas bawah, kelas 1 atau pun kelas 2.

Kondisi lain yang kadang harus dimaklumi pada suasana PAS adalah suasana yang cukup "riuh". Ada anak yang belum bisa membaca, ada yang tidak paham materi, ada yang belum paham maksud soal, ada yang tidak bisa menuliskan jawaban, ada yang ingin didampingi guru terus dan lain-lain. Dan hal ini tidak terjadi di kelas 2A.

Anak-anak bisa tertib dan khidmat mengerjakan PAS tentu di antaranya karena anak mampu mengerjakan. Bisa membaca, bisa menulis, memahami materi meski belum semua dikuasai, paham aturan ujian, dan mulai tumbuh kesadaran bagaimana sebaiknya bersikap ketika di kelas khususnya dalam suasana ujian.

Kadang kami melihat di kelas lain, ada yang butuh waktu tambahan untuk menyelesaikan soal. Bahkan sampai 30 menit setelah jam kepulangan baru siap berdoa pulang karena anak-anak memang baru selesai kerjakan soal. Kelas 2A Alhamdulillah selalu bisa selesai sebelum waktu maksimal.

Guru pengawas yang digilir mendampingi kami menjadi saksi, merasa begitu nyaman menunggu dan mengawasi pelaksanaan ulangan di kelas 2A dibanding ketika menjaga di beberapa kelas lain. Tidak perlu banyak wira-wiri menghampiri dan menjelaskan soal pada anak-anak tertentu yang kesulitan.

Ayah bunda, kondisi di atas adalah gambaran suasana pelaksaan PAS kelas 2A. Tentu bukan berarti sangat ideal dan sempurna. Hasil pekerjaan anak pun tidak semua maksimal. Namun ini adalah kondisi yang patut kita syukuri.

Kami haturkan terima kasih kepada ayah bunda atas kerja sama, partisipasi pendampingan dan pembekalan anak. Semoga ke depan senantiasa diberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses belajar hingga anak-anak menjadi pribadi sukses seperti yang kita harapkan. Generasi shalih. Kuat ilmu, kuat iman, kuat amal.

Selamat untuk ayah bunda semua, salam hormat dari kami guru kelas 2A SD Unggulan Aisyiyah Bantul. 🙏🏻😊

Wassalamu'alaikum w W.

SDUA Bantul, 14/12/2021




Selasa, 14 Desember 2021

PENGUATAN CALISTUNG SISWA KELAS RENDAH PASCA-PJJ

 Oleh: Triyanto, S.Pd.


Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir dua tahun dan ini adalah musibah sekaligus fenomena yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Sebuah wabah penyakit yang menyebabkan jutaan orang meninggal dunia dan jutaan lainnya mengalami gejala dari yang ringan hingga berat. Data berdasarkan worldometer, sedikitnya 5.118.347 orang di seluruh dunia meninggal karena virus corona sejak awal pandemi. Dunia pun terus bekerja keras untuk menanganinya, tidak terkecuali negara Indonesia. Selain upaya menemukan obat dan vaksin yang bisa menangkal, berbagai kebijakan dibuat oleh negara untuk mengurangi resiko penularan virus. Protokol kesehatan diberlakukan ketat pada semua lini aktivitas masyarakat.

Lingkungan pendidikan adalah salah satu yang terdampak perubahan kebijakan terkait protokol kesehatan di masa pandemi. Sekolah tidak diizinkan melakukan kegiatan pembelajaran langsung tatap muka di kelas. Kegiatan belajar dilakukan secara jarak jauh atau yang biasa disingkat PJJ, dan siswa belajar dari rumah. Materi pelajaran disampaikan secara online melalui perangkat elektronik seperti HP dan laptop. Kegiatan offline bisa pula dilakukan yaitu melalui lembar kerja peserta didik (LKPD), tetapi kesemuanya tetap dikerjakan siswa di rumah.

Dalam perkembangannya, setelah pandemi Covid-19 dinyatakan menurun, pemerintah  mengizinkan sekolah-sekolah di zona hijau atau resiko rendah mulai mengadakan kegiatan pembelajaran tatap muka kembali. Tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Jam belajar pun belum sepenuhnya seperti ketika tiada pandemi. Jumlah siswa dalam satu kelas dibatasi dan hari masuk sepekan hanya dua sampai tiga kali. Siswa dan guru kembali bisa saling interaksi langsung di kelas meskipun masih terbatas.

Kegiatan belajar langsung di kelas setelah lama PJJ perlu penanganan yang betul-betul tepat, telaten dan cermat terutama kepada siswa kelas rendah sekolah dasar. Kelas 1 dan kelas 2. Siswa kelas 2 adalah siswa yang ketika kelas 1 sepenuhnya belajar jarak jauh. Padahal kelas 1 adalah masa awal anak belajar di tingkat sekolah dasar, dan dasar-dasar kompetensi membaca, menulis serta berhitung baru dimulai di kelas 1 tersebut. Akan tetapi, karena PJJ maka tingkat ketercapaian kompetensi seperti yang ditargetkan dalam kurikulum menjadi belum optimal dan tidak merata.

Sebelum lebih lanjut guru mengajar materi sesuai target kurikulum di tingkat kelas saat ini, maka perlu diketahui terlebih dahulu secara detail kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) siswa. Meskipun di tingkat kelas sebelumya sudah ada penilaian harian, penilaian tengah semester, akhir semester dan penilaian kenaikan kelas. Kegiatan penilaian yang dilakukan secara jarak jauh tentu tidak seakurat ketika kegiatan dilakukan langsung. Mengenai hal ini, guru bisa membuat soal atau perangkat khusus untuk menjajaki kemampuan calistung siswa secara lebih detail dan dilakukan secara tatap muka langsung.

Mengevaluasi atau menjajaki kemampuan dasar calistung siswa kelas 2 awal juga dilakukan penulis yang kebetulan tahun ini ditugasi mengajar kelas 2 SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Disusunlah perangkat khusus untuk melakukan kegiatan penjajakan ini. Beberapa baris kalimat dengan tingkat kesulitan mudah ke sulit disajikan untuk mengetahui kemampuan membaca. Menulis nama benda dari mudah ke sulit, menyalin dan membuat kalimat. Pada aspek berhitung, disajikan gambar kumpulan benda, siswa diminta menghitung dan menulis lambang bilangannya. Menuliskan bilangan secara urut sampai jumlah tertentu, dan beberapa soal penjumlahan dan pengurangan sederhana.

Hasil penjajakan menunjukkan belum semua siswa dalam kondisi siap mengikuti materi pelajaran lanjut sesuai target kurikulum. Masih ada beberapa anak yang belum lancar membaca, bahkan ada anak yang bisa dikategorikan belum bisa membaca. Sebagian lagi masih lemah dalam konsep berhitung dasar. Belum mampu membilang runtut sampai bilangan tertentu. Kesulitan menjumlah atau mengurang bilangan meski masih operasi hitung sederhana. Tentang kemampuan menulis, masih banyak anak-anak yang ketika menulis kata belum lengkap hurufnya. Kadang juga didapati salah huruf, seperti b ditulis d atau sebaliknya.

Adanya kondisi anak-anak yang belum mencapai tingkat kompetensi sebagaimana standarnya anak-anak di tingkat tertentu, bisa kita maklumi. Setahun lebih anak-anak belajar di rumah. Fasilitas pendukung setiap anak berbeda. Kapasitas orang tua untuk mendampingi belajar anak-anak di rumah juga berbeda-beda, baik itu menyangkut kuantitas waktu maupun kemampuan orang tua melakukan pendampingan belajar. Tidak berlebihan bila kemudian banyak pihak mengkhawatirkan, bila pandemi tidak juga kunjung usai dan siswa belajar dengan pola demikian, bagaimana masa depan anak-anak kita. Meski sekolah sudah berusaha maksimal untuk tetap melakukan layanan belajar, tetap ada kesenjangan capaian dibanding bila kegiatan belajar dilakukan secara normal. Bersyukur, pandemi menunjukkan tanda-tanda mereda dan kegiatan belajar tatap muka sudah mulai bisa dilaksanakan.

Setelah didapatkan hasil penjajakan calistung dasar siswa, maka guru bisa menjadikan data tersebut sebagai acuan start pendampingan belajar siswa di kelas. Siswa yang masih lemah kemampuan membacanya perlu secara intensif difokuskan belajarnya untuk meningkatkan kemampuan membaca. Siswa yang lemah konsep berhitung dasar, perlu dikuatkan pemahamannya tentang konsep berhitung dan mengenal bilangan, demikian juga mengenai kemampuan menulis. Adapun tentang teknik atau metode, tentu guru sudah banyak memiliki referensi untuk melakukan pendampingan tersebut. Titik tekan yang menjadi poin krusial adalah perlunya penjajakan di awal. Ini yang kadang terlewat menganggap data nilai-nilai formal yang tercantum pada tingkat sebelumnya sudah mewakili kompetensi, pada kenyataannya belum sepenuhnya. Karena proses belajar maupun penilaian di waktu-waktu darurat pandemi kemarin hampir seluruhnya dilakukan secara online.

Kini, pandemi memang belum sepenuhnya berakhir, tetapi kondisi apapun proses belajar mengajar, proses pendidikan, tetap harus berjalan. Banyak cara yang bisa ditempuh dan kita sudah membuktikan, hanya celah yang memungkinkan mengurangi optimalnya hasil harus diantisipasi. Sebagaimana kita uraikan di atas, penguatan calistung siswa kelas bawah pada kegiatan pertemuan tatap muka terbatas termasuk hal yang sangat penting. Calistung bisa diibaratkan alat, alat untuk meraih ilmu-ilmu yang lebih luas lagi.

Akhirnya, kita semua berharap pandemi Covid-19 bisa segera terlewati, tertangani dengan tuntas sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah bisa kembali terlaksana dengan lancar. Kekhawatiran adanya lost generation jangan sampai terjadi, dan kita sebagai guru menjadi bagian penting untuk antisipasi hal tersebut.
Bantul, 14 November 2021.
 
Referensi Pustaka:
https://covid19.go.id

https://www.worldometers.info

Senin, 02 Agustus 2021

AKU TELAH MERASAKAN SAKIT ITU

 


Oleh: Triyanto

(Catatan pengalaman berjibaku dengan gejala covid)

 

Terpapar virus covid-19 dan mengalami sakit tentu tidak kita harapkan. Tetapi, siapa yang bisa memastikan kita terhindar dari virus yang tidak kasat mata tersebut meski sudah berusaha taat protocol kesehatan 3 M atau 5 M. Dan inilah sedikit cerita pengalaman saya mengalami gejala terpapar covid yang ingin saya bagikan kepada sahabat-sahabat, semoga ada hikmahnya.

Berawal dari kedua orang tua saya yang mengalami sakit duluan, tetapi tidak sempat periksa karena ketika mau periksa saya antar ke beberapa klinik berobat kebetulan sedang tutup. Akhirnya hanya beli obat sekedarnya dan istirahat di rumah.

Hari berganti, semingu lebih, bapak saya tidak menunjukkan kondisi semakin membaik, bahkan semakin lemah.

Sempat terfikir dan hanya menduga kalau bapak dan ibu terpapar covid, dari gejala-gejala yang dirasakan. Konsultasi dengan kerabat yang kebetulan kerja sebagai perawat di RS PKU. Dan indiaksinya memang bisa dipastikan bapak/ibu terpapar virus covid-19. Kerabat saya itu pun membantu mengkonsultasikan dengan dokter dan memintaka resep obat dan vitamin yang harus dikonsumsi bapak dan ibu.

Dilema, melihat bapak dan ibu, terutama bapak yang sampai tidak mau makan, hanya terbaring lemah. Akhirnya nekat tetap menemani bapak dan ibu, setidaknya memotivasi untuk mau makan dan minum obat meski ada resiko ikut terpapar.

Dan benar, pulang dari tempat bapak ibu, saya mulai merasa tidak enak badan. Badan merasa dingin. Sepanjang hari itu dan berlanjut sampai tiga hari. Masih bisa beraktivitas, bahkan hari ke 4 bertepatan Hari Raya Idul Adha, saya sempatkan membersamai panitia qurban dengan fokus di sekretariat dan mulai dengan sadar jaga jarak lebih optimal dari teman-teman.

Siang dzuhur, aktivitas qurban belum selesai masih puncak kesibukan, tapi saya merasa lelah, badan terasa panas dan terpaksa bolos pulang duluan. Saya ambil thermo gun, ternyata suhu tubuh 39,5. Ah, ini saatnya isolasi mandiri. Saya bilang istri akan kondisi saya dan dengan lembut ia sigap memyiapkan kamar tersendiri yang harus saya tempati agar tidak langsung berinteraksi dengan anggota keluarga lain khususnya anak-anak. Isolasi.

Sejak saat itu saya hanya banyak istirahat, badan demam hampir setiap saat, sedikit turun pasca minum obat penurun panas namun tidak lama suhu badan naik lagi. Kepala pun terasa pusing, berdiri dan berjalan menjadi pekerjaan berat dengan kondisi saat ini.

Saya berusaha menata hati, pasrah dan bersabar, inilah sakit covid itu. Namun terbersit kekhawatiran bila kondisi semakin buruk dan misal sesak nafas seperti berita-berita yang banyak beredar. Saya tidak punya tabung oksigen dan belum pernah tahu cara kerja tabung oksigen. Kemana saya harus cari pertolongan.

Saya pun berusaha mencari nomor Puskesmas kecamatan, ingin melaporkan bahwa saya isolasi mandiri di rumah, dengan harapan ada arahan dan pantauan untuk selanjutnya. Dan akhirnya saya mendapatkan nomor salah satu petugas Puskesmas.

Setelah komunikasi beberapa waktu lewat WA, saya kemudian didaftarkan untuk mengikuti tes swab di Puskesmas Jetis 1 esok hari jam 8.

Sesuai info petugas Puskesmas, dengan badan yang sudah merasa lemah dan pusing saya paksakan berangkat ke Puskesmas, jam 8 pagi tepat. Kebetulan jarak rumah ke puskesmas tidak terlalu jauh, 3 menit naik motor sampai. Sampai Puskesmas ambil antrian swab nomor 28. Dan pasien terus berdatangan. 15-20 menit menunggu dan melihat antrian masih banyak, sedang kepala terus terasa pusing, badan sama sekali tidak nyaman untuk berlama lama duduk apalagi berdiri menunggu antrian. Bila saya paksakan bisa jadi saya akan pingsan dalam antrian ini.

Tidak berfikir lama, karena kondisi semakin tidak nyaman, saya pun keluar antrian tunggu. Menuju parkiran, ambil motor dan pulang. Segera sesampai di rumah kembali hanya bisa terbaring. Tidak jadi swab.

 

Tetiba WA masuk dari kerabat saya yang perawat, menanyakan kabar dan memberi nomor salah satu dokter RS PKU. “De, coba konsultasikan kondisi pak de ke beliau, nanti tanya obatnya apa misal suruh ambil ke RS tak ambilke.” Demikian ucapnya dalam WA.

Saya pun menghubungi nomor dokter tersebut, ceritakan kondisi saya dan selang berapa menit beliau pun membalas demikian:

 

“Waalaikum salam

Jika tidur lebih banyak tengkurap.

Tetep olahraga ringan

Berjemur..

Minum wedhang jahe

Minum QUSTHU hindi 3x 1 capsul

Multivitamin lanjutkan

Untuk meriang/nyeri/demam/pusing kepala bisa minum ibuprofen 3x1 kang”

 

Dokter itu menyebut saya dengan kata “kang” karena dia memang lebih muda dari saya, dan saya pun sudah kenal lama juga dengan dia.

Beberapa hari saya berusaha laksanakan aktivitas dan mengkonsumsi obat+vitamin sesuai arahan dokter tersebut. Setiap hari istri dengan telaten menyiapkan vitamin dan obat yang harus saya konsumsi dan asupan makanan tentunya. Meski ketika makan sungguh tiada nikmat dirasakan. Rasa makanan aneh, dan bila dipaksakan mual. Banyak teman dan kerabat yang memotivasi agar saya tetap banyak makan. "Yang penting makan yang banyak" kata mereka. Sungguh ini motivasi yang bisa saja benar, tapi dalam hati saya katakan, jangankan makan banyak, sesuap dua suap saja sudah terasa mual dan sangat-sangat tidak enak makan. Maka saya pun hanya berusaha yang penting ada makanan yang masuk dalam tubuh, tidak harus banyak karena memang tidak mampu untuk makan dengan porsi normal, yang penting ada makanan untuk energi badan beberapa waktu ke depan. Demikian saya menata diri.

Demam masih terus muncul, kepala pusing seperti tiada mau pergi. Menyentuh air, terasa dingin meski ketika memang ada keperluan ke kamar kecil untuk buang air tetap mampu lakukan dengan memaksakan diri. Berjalan yang hanya berapa meter ke kamar kecil terasa susah, ibarat seperti layang-layang putus, sempoyongan, dan nafas terasa ngos-ngosan. Ketika waktu sholat tiba, terpaksa mengambil ruksyah tayamum karena berwudlu serasa tidak mampu. Dan dalam beberapa hari, saya mengerjakan sholat sambil duduk karena tidak mampu sambil berdiri, bahkan kadang sambil berbaring.

Hari berganti, badan semakin merasa lemah. Persendian seakan tidak mampu menopang badan untuk bergerak apalagi beraktivitas. Bersabar. Inilah mungkin yang dimaksud sakit covid belum ada obatnya. Meski vitamin dan obat penurun panas serta demam rutin diminum namun badan masih saja terasa sakit.

Tepat hari ke 10 dari awal saya merasakan gejala, tiba-tiba badan sudah tidak demam. Obat penurun panas tidak saya minum lagi dan seharian sudah tidak kambuh lagi demamnya. Alhamdulillah. Berkurang rasa tidak nyaman, tiada demam walau kepala masih merasakan pusing dan batuk-batuk justru semakin sering.

Di group WA keluarga besar saya simak ada yang mengirim tulisan tentang tidak perlunya pasien covid tes swab lagi pasca isoman, karena virus hanya akan bertahan 7-9 hari dalam tubuh kemudian mati sendiri. Demikian diantara info pada tulisan tersebut dengan mencantumkan sumber yang sepertinya valid.

Sungguh, info itu menguatkan diri saya. Berarti ketika saya sudah mengalami gejala lebih sepuluh hari, virus dalam tubuh sudah otomatis mati. Makanya demam tetiba hilang sendiri. Artinya badan saya sudah tidak berjuang melawan virus lagi, tapi karena selama sakit kemarin bisa saja ada anggota bagian dalam tubuh yang ikut terluka maka rasa lelah dan pusing masih sedikit terasa. Begitu saya menebak kondisi diri saya sendiri kemudian.

Hari ke 11 sore, masih dengan suasana yang dominan berbaring, telpon berdering. Nomor dari adik saya yang masih tinggal serumah dengan bapak/ibu. Saya angkat dan terdengar bapak berbicara, tanya kabar kondisiku sekaligus mengabarkan kalau bapak dan ibu sudah sehat sekarang.

Alhamdulillah, masyallah. Sungguh ini kabar yang menentramkan. Karena ketika awal saya sakit, saya tahu persis kondisi bapak ibu masih sangat lemah, belum tampak kondisi membaik. Sedangkan saya akhirnya tidak bisa melanjutkan menemai bapak ibu dalam proses perawatan dan pemyembuhan. Alhamdulillah, adik ragil saya yang baru kelas 1 SMK saat ini tetap bersama bapak ibu, ikut membantu mengkondisikan bapak ibu. Dan dia tetap sehat. Selain itu, adik saya satunya yang sekarang dalam kondisi mengandung beberapa bulan, juga tidak tega membiarkan bapak ibu, dan ia pun sering ngaruhke tanpa takut sama sekali bila ikut terpapar. Menemani minum obat, vitamin, dan bahkan kadang menyuapi makan bapak. Alhamdulillah, ia pun tetap sehat tidak terpapar virus.

Kabar telpon dari bapak ibu dan juga keyakinan virus dalam tubuh sudah mati, membuat badan ini seperti muncul energi lagi. Ah, saya sudah sembuh. Hanya mungkin butuh waktu untuk kembali sehat bertenaga seperti sedia kala. Rasa pusing pun berangsur berkurang. Dan badan mulai bisa untuk sedikit beraktivitas, jalan keluar rumah, berjemur, dan menyapu halaman mulai bisa. Alhamdulillah.

Hari ke 14 tepat, saya sudah merasa 95% badan sehat kembali. Saya lihat anak saya yang berusia 1 tahun1 bulan, de Faraz, dia tampak begitu kangen dengan gendongan ayahnya. Tetapi istri mengatakan, sempurnakan isoman 14 hari. Esok baru boleh bopong dede. Ah, rindu ini sudah sangat berat untuk ditahan. Tatapan polos si kecil yang seakan memahami kondisi ayahnya sungguh semakin menggemaskan. Namun sebagai ikhtiar kesempurnaan, saya pun tetap menahan diri. Hingga pukul 00.00 malam berlalu yang artinya hari telah berganti, saya dengar dede terbangun dan menangis. Dengan keyakinan insyallah saya sudah sembuh, sehat, de Faraz pun aku bopong. Allahu akbar, inilah saat yang begitu membahagiakan setelah dua minggu saya tidak bisa langsung menyentuhnya. De Faraz pun tampak seperti sangat senang tapi juga bingung karena tiba-tiba dibopong ayahnya.

Alhamdulilah, demikian sedikit kisah yang saya alami. Meski sampai saya sembuh akhirnya saya tidak sempat swab apakah benar covid atau bukan, tetapi dari arahan kerabat yang perawat serta konsultasi dengan dokter RS PKU, saya hampir pasti bisa dikatakan telah terpapar virus tersebut. Dan sekarang atas izin Allah sudah kembali sehat. Tidak lupa saya pun melaporkan pada petugas Puskesmas yang dulu sempat memberi arahan dan menjadwalkan swab. Saya katakan pada beliau setelah sebelumnya mohon maaf karena tidak bisa ikut swab, “Bu, Alhamdulillah setelah isoman 14 hari insyaallah saya sudah sembuh kembali.” Beliapun menanyakan masih adakah keluhan dan adakah anggota keluarga yang mengalami gejala, saya pun jawab.;”Alhamdulillah, istri dan dua anak saya sehat, dan sudah tidak ada keluhan kecuali hanya merasa belum full tenaga, mungkin butuh waktu pemulihan.”

 

Bantul, 2-8-2021

Selasa, 25 Mei 2021

Barakallahu laka

Dia baru akan lulus SMA tahun ini, beberapa waktu lalu minta dicarikan referensi untuk kuliah sekaligus mondok di Jogja.

Tetapi, tiba-tiba ada laki-laki yang secara penilaiannya sholih datang dan meminangnya untuk segera menikah. Padahal, laki-laki tersebut orang yang belum begitu dikenalinya sebelumnya.
Hanya butuh beberapa waktu untuk berfikir, dan ada kecenderungan ia menerimanya. Ayah ibunya yang kebetulan kakak saya pun sempat panik, minta pendapat saya.
Diskusi keluarga berjalan. Berbagai pertimbangan dikemukakan. Saya pun minta ijin untuk bisa komunikasi lebih detail dengan si laki-laki yang menghendaki ponakan saya tersebut.
Akhirnya, proses berlanjut.
dengan mengharap Ridho Allah swt. Insyallah pernikahan akan dilangsungkan Jumat besok, 28 Mei 2021.
Semoga lancar, menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah. Aamiin..
Saya pun bersiap menyeberangi selat untuk bisa hadir menyaksikan langsung pernikahannya, sekaligus nderekke bapak saya, mbah kakungnya. Ke Tanjung Enim, Sumatera Selatan.



TULADHA PANAMPI PASRAH NGUNDUH MANTU

  Assalamu 'alaikum wr.wb. Alhamdulillahirobbil’alamin….   Mugi kawilujengan, karahayon, katentreman, kabegjan menapa dene kamulya...