Selasa, 31 Juli 2018

PAKDHE WAKIJAN


Pakdhe Wakijan
Allah mengambil penglihatannya, tapi tidak hatinya

Pakdhe Wakijan. Entah kenapa, pagi ini saya ingin menulis tentang beliau. Beliau adl seorang yang buta, tidak bisa melihat sama sekali. Tetapi bukan buta bawaan sejak lahir.
Saya masih ingat ketika dulu beliau masih sehat, bisa melihat dan beraktivitas seperti umumnya orang normal.
Beliaupun memiliki istri dan juga anak-anak yang kini semua sudah tumbuh dewasa dan berkeluarga.
Yang aku tahu waktu itu, satu mata beliau tampak sedikit kurang normal. Namun entah sakit apa saya tidak tahu persis.
Dalam perkembangannya, dalam usia beliau sekitar 50 tahunan, sakit mata beliau semakin parah. Penglihatan mulai terganggu.
Berbagai ikhtiar untuk kesembuhan sudah dilakukan, tapi Allah maha kuasa untuk memberikan cobaan pada hambanya.
Pakdhe Wakijan pun buta. Sakit mata yang dideritanya tidak bisa diobati. Bahkan kedua matanya, bukan hanya sebelah.
Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana beratnya orang yang dicoba dengan hilangnya penglihatan. Sedangkan dulunya normal, bisa melihat warna-warni dunia.
Tetapi, sudah sekitar 10 tahun pakdhe Wakijan mendapat ujian itu, ada hal istimewa yang sungguh orang normal pun berat melakukan.
Pakdhe Wakijan hampir tidak pernah absen sholat jamaah 5 waktu di masjid. Padahal jarak rumah beliau dengan masjid sekitar 400 meter. Dia berangkat ke masjid ditemani istrinya, budhe Sukinem. Yang dengan telaten menuntunya menuju masjid.
Beliau juga tetap beraktivitas bekerja, kadang ke sawah.
Sungguh, saya melihat beliau adalah orang istimewa. Berat pasti cobaan ini. Tapi beliau tetap bersabar. Tidak sekedar pasrah dengan keadaan, tetapi semangatnya beribadah menunjukkan beliau tetap bersyukur dengan kondisi ini.
Semoga Allah mengganti kesulitan ini dengan syurga yang keindahannya sempurna. Seperti halnya yang telah disabdakan baginda Radulullah SAW:
"Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan dua kekasihnya (kedua matanya), kemudian ia bersabar, niscaya Aku menggantikan keduanya (kedua matanya) dengan surga.” (HR. Bukhari no. 5653).
Abi Husna. 29-7-2018

Jumat, 27 Juli 2018

Kritikan Indah Dari Bidadari Kecil


Ahad kemarin disela acara walimahan tetangga, tiba2 si kecil merengek minta dibelikan mainan. Ada pedagang mainan yg memang menjajagan dagangan dekat acara.
Tetapi karena beberapa hari kemarin dia sdh dibelikan mainan, dan cukup sering beli mainan, hari ini ayah tidak mengijinkan dia beli mainan. Walaupun dia berusaha merajuk termasuk pd ibunya.
Si kecil pun menangis dan tampak begitu kecewa, kemudian dia minta pulang. Krn rumah tdk jauh, ayah temani dia pulang jalan kaki. Sambil terus menangis di sepanjang jalan.
Sampai di rumah, dia langsung ambil buku kemudian menjauh dari ayah dan tampak khusuk menuliskan sesuatu. Kemudian buku ditutup dan tidak mengijinkan ayah membacanya.
Sore hari, setelah suasana tampak sudah nyaman. Tanpa berat lagi, si kecil tunjukkan tulisannya pada ayah.
9 kata dia tuliskan pada 9 baris buku:
Ayah
nakal
dan
pelit
dan
sukanya
hanya
lihat
HP
Hhh!!??.. Ada rasa campur aduk membaca tulisan si kecil ini.
Bahwa ia belum bisa memahami kenapa dilarang beli mainan, jelas tersirat. Dan insya Allah pd waktunya dia akan paham. Tetapi tentang ayah sukanya lihat HP, ini yg menjadi kritikan berasa. Walaupun tentunya bagi ayah memang banyak urusan penting yg harus berkomunikasi dg HP tapi bagi si kecil, ini akan tampak menjadi kurangnya perhatian pada dia. Dalam hati ayah pun mengaku merasa khilaf. Engkau benar anakku. Dan satu lagi yg menjejak haru, dia telah belajar melampiaskan kekesalan dg cara yg elegan. Menulis di buku diary
Ah, ini tentu hasil dari sentuhan indah ibunda si kecil, istri tercinta, Yulian Istiqomah. Yg katanya memang guru Bahasa Indonesia di salah satu sekolah di Bantul ini. MTsN 2 Bantul tepatnya. Mksh bunda.

Abi Husna, 15-7-2018

TULADHA PANAMPI PASRAH NGUNDUH MANTU

  Assalamu 'alaikum wr.wb. Alhamdulillahirobbil’alamin….   Mugi kawilujengan, karahayon, katentreman, kabegjan menapa dene kamulya...