Kamis, 03 September 2020

Doa Seorang Ayah


Oleh: Triyanto

Guru SDU Aisyiyah Bantul


Guru swasta atau sering disebut honorer, mungkin bagi banyak orang hanya posisi yang biasa cenderung dianggap rendah. Tetapi, bukan bagi seorang ayah desa yang memang berharap agar diantara anaknya kelak ada yang kerja sebagai guru di sekolah atau pun pegawai kantor sebuah instansi. Tidak peduli honorer maupun PNS. Setidaknya ia berfikir jangan sampai anak-anaknya hanya setingkat dengan orang tuanya yang sekolah dasar saja tidak lulus, dan bekerja serabutan sebagai buruh. Walaupun pernah juga diantara pengalamannya dulu sang ayah bekerja di hotel, namun nuraninya mengatakan bukan ini tempat yang berkah baginya. Buruh tani pun akhirnya menjadi labuhan terakhir setelah aneka ikhtiar kerja diupayakannya. Hingga sekarang.

Sang ayah berharap anaknya kelak ada yang jadi pegawai. Menjadi orang di masyarakat. Bisa berbuat banyak untuk sesama.

Sujud di akhir malam dan doa tulus pun sang ayah panjatkan, untuk kebaikan keluarga dan kelancaran anak-anaknya. Hampir tidak pernah absen tahajjud ia tunaikan. Syukur dan pengharapan hanya kepada Allah SWT ia serahkan.

Atas doanya itu Allah menunjukkan tanda diijabah. Salah satu putranya, tepatnya putra ketiga diantara lima bersaudara mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi PBUD untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tanpa tes. 

Tidak terbersit sebelumnya, bahwa putranya akan dengan mudah masuk kuliah di perguruan tinggi. Sedangkan di lingkungan masyarakat di kampung, masih sangat sedikit anak yang berkesempatan kuliah. Rata-rata hanya sampai SMA atau SMK dan sudah kemudian bekerja dan menikah.

Masih diusia kuliah, putranya itupun menampakkan mulai aktif di masyarakat sebagai pengurus remaja masjid. Kemudian menjadi pengajar TPA hingga sempat diamanahi selaku ketua Badan Koordinasi TKA-TPA kecamatan.

Waktu berlalu, sang anak pun lulus S1. Dan selang beberapa minggu setelah melalui seleksi ketat, sang anak telah dinyatakan diterima bekerja sebagai salah satu guru honorer sekolah swasta rintisan.

Sekolah yang belum begitu wujud karena siswa baru ada kelas 1, ijin operasional sedang diproses dan gedung masih pinjam bangunan lama yang tidak dipakai.

Namun, perlahan dan pasti sekolah itupun berkembang. Ratusan jumlah siswanya bahkan menjadi yang terbesar di Kabupaten Bantul. Yaitu SD Unggulan Aisyiyah Bantul.

Selain sebagai guru kelas, sang putra pun ditugasi sebagai wakil kepala sekolah dan setelah 4 tahun berlalu, amanah sebagai Kepala Sekolah pun diembankan padanya.

Di luar sekolah, sang putra tetap aktif diorganisasi. Setelah beberapa waktu mengemban amanah sebagai ketua Pemuda Muhammaditah Ranting kemudian lanjut mendapat amanah selaku sekretaris Pimpinan Ranting Muhammadiyah. Ia mulai banyak beradaptasi komunikasi dengan bapak-bapak yang lebih senior, hingga Musyawarah Ranting untuk pergantian kepengurusan baru di tahun 2016, sang putra pun terpilih sebagai Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah periode 2015-2020.

Ada rasa haru dan kesyukuran terpancar dari wajah sang ayah yang mulai berusia lanjut. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, putranya menjadi diantara tokoh di masyarakat. Sebagai ketua PRM, sering mendapat jadwal khutbah jumat, mengisi pengajian. Mulai dipercaya ketika ada hajatan pernikahan untuk sebagai wakil keluarga untuk masrahke atau menerima calon pengantin. Dan tugas-tugas masyarakat yang lain. Sungguh, itu adalah diantara cita-citanya yang jauh hari bertahun lalu beliau harapkan. Ingin diantara anak keturunannya bisa menjadi orang. Bukan tentang hartanya, tetapi perannya di masyarakat.

Begitu kalimat sang ayah diungkapkan pada putranya.

Masyaallah, Subhanallah, Astaghfirullah..

Entah ujub, sombong, atau syukur, tak bisa sang anak simpulkan atas gejolak hati mendengar pengakuan sang ayah.

Yang jelas, ia tidak bisa menyembunyikan nikmat. Nikmat menjadi wujud dari sebuah doa tulus orang tuanya,  ini sungguh karunia luar biasa. 

Semoga kondisi bisa berbuat untuk kebaikan di masyarakat ini terus dilimpahkan Allah SWt kepadanya, kepada sang putra, yaitu saya sendiri penulis kisah ini. Dan semoga Ayahanda betul-betul bangga pada putranya dan terus mentautkan doa untuk kebaikan dunia dan akhirat, dirinya dan keluarganya. Terkhusus pada kami anak-anaknya. Dan kami pun mendokan yang terbaik untuk ayahanda serta bunda. 

Salam takdzim dan terima kasih yang tak terhingga atas pengorbanan selama ini.

Terkhusus kepada *Pimpinan Daerah Aisyiyah Bantul* yang memberikan kesempatan dan kepercayaan pada kami untuk turut mengabdi, semoga Allah SWt meridloi setiap langkah perjuangan ibu-ibu dan kita semua. Kami bangga sebagai guru di amal usaha bidang pendidikan Aisyiyah.

Salam dari ayah dan bunda kami, Bapak Amir-Ibu Lanjariyah.


---

Dahromo, 2 September 2020










5 komentar:

  1. Sangat menginspirasi pak
    Semoga kami Para Mahasiswa PPG gelombang 4A Khususnya kelompok 2 dapat mengikuti jejak langkah Bapak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Insyaallah Bapak/Ibu bisa jauh lebih hebat dari sedikit yang bisa saya lakukan

      Hapus
  2. Sangat menginspirasi pak
    Semoga kami Para Mahasiswa PPG gelombang 4A Khususnya kelompok 2 dapat mengikuti jejak langkah Bapak

    BalasHapus

MAJELIS TABLIGH PCM JETIS SELENGGARAKAN KANTIN SAPA

Bantul – Kajian Rutin Sabtu Pagi (Kantin Sapa) mulai diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Jetis pada Sabt...