Kamis, 23 Juli 2015

Ikrar Syawalan Bahasa Jawa

Oleh: Abi Husna

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Asyhadu alla ilaaha illallah.
Wa asyhadu anna Muhammadarrosulullah.

Kula sedaya, Keluwarga ageng (Trah Abdullah Sirat), saha sedaya ingkang lenggah ing papan menika, kanthi ihklasing manah, keparenga ngaturaken, ikrar syawalan.

Ingkang sepisan, dhumateng ngarsanipun bapak-bapak, ibu-ibu, ingkang kaleres sepuh, saha ingkang kasepuhaken, kula ngaturaken, sungkem pangabektos.
Dhumateng sesami-sami, kula ngaturaken, salam ta’lim. Dhumateng ingkang kaleres enem, kula ngaturaken, sih katresnan saha donga pangestu.

Atur kaping kalih, kula ngaturaken, Sugeng Riyadi Fitri 1438 Hijriah, kairing donga, Taqobbalallohu minna wa minkum, Shiyamana wa shiyamakum, Ja’alanallahu wa iyyakum Minal 'aidin wal faidzin.

Atur kaping tiga, kula nyuwun pangapunten saking sedaya kalepatan kula, ingkang kasengaja punapa dene ingkang mboten sengaja, ingkang lahir punapa ingkang batos, ingkang sedaya wau, mboten pikantuk idining sarak agami, mugi-mugi panjenengan sedaya, kersa paring pangapunten, dhumateng kula.

Kosok wangsulipun, mbok bilih panjenengan, kagungan kelepatan dhumateng kula, kula lega lila, caos pangapunten, sedaya kelepatan panjenengan, ingkang tumanduk, dhumateng kula.
Mugi-mugi Gusti Alloh ngijabahi lan paring maghfirah dateng kita sami.
Amin, amin, ya robbal ‘alamin.

Mekaten lan semanten ikrar syawalan ingkang kita aturaken. Kirang langkungipun nyuwun pangapunten.

Akhirul kalam..

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Kamis, 09 Juli 2015

Peluang Emas bagi Guru

Guru, adalah profesi yang berhubungan langsung dengan salah satu amal yang tidak akan terputus pahalanya walaupun seseorang sudah tiada, 'Yaitu ilmu yang bermanfaat'.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Semoga apa yang kita berikan pada anak-anak didik betul-betul ilmu yang 'benar', 'bermanfaat', dan 'mendekatkan diri pada Allah SWT'..

Minggu, 05 Juli 2015

Hari Kiamat

Hari kiamat pasti akan datang, tapi kapan waktunya tidak ada seorang pun yang tahu. Bisa jadi sebentar lagi. Dan tentang bagaimana terjadinya peristiwa kiamat itu, berikut gambarannya:

“Di kala keadaan manusia di puncak kebobrokan, kerusakan, kekufuran dan kekejaman itu, lalu Alah memerintahkan Malaikat Isrofil meniup sangkakala atau terompet. Terompet besar yang berbunyi terdengar dari timur sampai barat, bahkan sampai ke ruang angkasa luar sekalipun.

Di saat itu bumi lalu bergoncang sehebat-hebatnya, gunung-gunung beterbangan meletus menjadi abu, air lautan bergulung-gulung (tidak teratur lagi jalannya). Terjadi letusan demi letusan, di bumi di langit dan dimana saja. Terjadi kilat yang luar biasa tajamnya sehingga membutakan segala mata. Hati dan jantung berdebar dan remuk, mata merem ketakutan.

Terjadilah kematian total yang serentak bagi segala makhluk hidup dan makhluk seluruhnya. Mati semua manusia, mati semua malaikat, mati semua jin dan iblis, mati semua binatang dan tumbuh-tumbuhan. Mati semua bintang dan planet (tidak beredar lagi), mati segala angin (tidak berhembus lagi), mati semua air dan lautan, tidak ada riak dan gelombang lagi. Mati segala-galanya. Yang tetap hidup adalah Zat Allah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati-mati selamanya. Dan yang terakhir mati adalah Malaikat Isrofil yang meniup terompet dan kemudian itu Malaikat Maut sendiri.”
(Bey Arifin, Hidup Sesudah Mati, 1987 hal. 121-122)

Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hari kiamat, diantaranya:

Al-Qoriah. 1-5:
“Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”

Az-Zalzalah. 1-3:
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. Dan manusia bertanya: “Mengapa Bumi jadi begini?”

Az-Zumar. 68:
“Ditiuplah sangka kala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Alah. Kemdian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).”


Sabtu, 04 Juli 2015

KH. AR Fachdrudin (1971 - 1985)

Pak AR demikian nama panggilan akrab Kiai Haji Abdur Rozak Fachruddin, adalah pemegang rekor paling lama memimpin Muhammadiyah, yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Pak AR lahir 14 Februari 1916 di Cilangkap, Purwanggan, Pakualaman, Yogyakarta. Ayahnya, K.H. Fachruddin adalah seorang Lurah Naib atau Penghulu di Puro Pakualaman yang diangkat oleh kakek Sri Paduka Paku Alam VIII, berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Sementara ibunya adalah Maimunah binti K.H. Idris, Pakualaman.

Pada tahun 1923, untuk pertama kalinya A.R. Fachruddin bersekolah formal diStandaard School Muhammadiyah Bausasran, Yogyakarta. Setelah ayahnya tidak menjadi Penghulu dan usahanya dagang batik juga jatuh, maka ia pulang ke desanya di Bleberan, Galur, Kulonprogo. Pada tahun 1925, ia pindah ke sekolah Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Prenggan, Kotagede, Yogyakarta. Setamat dari Standaard School Kotagede tahun 1928, ia masuk ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Baru belajar dua tahun di Muallimin, ayahnya memanggilnya untuk pulang ke Bleberan, dan belajar kepada beberapa kiai di sana, seperti ayahnya sendiri, K.H. Abdullah Rosad, dan K.H. Abu Amar. Sehabis Mahgrib sampai pukul 21.00, ia juga belajar di Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur, Kulonprogo.
Setelah ayahnya meninggal di Bleberan dalam usia 72 tahun (1930), pada tahun 1932 A.R. Fach­ruddin masuk belajar di Madrasah Darul Ulum Muham­madiyah Wanapeti, Sewugalur. Selanjutnya, pada tahun 1935 A.R. Fachruddin melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Tablighschool (Madrasah Muballighin) Muhammadiyah kelas Tiga.

Pada tahun 1935, A.R. Fachruddin dikirim (dibenum) oleh Hoofdbestuur Muhammadiyah ke Talangbalai (sekarang Ogan Komering Ilir) dengan tugas mengembangkan gerakan dakwah Muham­madiyah. Di sana, ia mendirikan Sekolah Wustha Muallimin Muhammadiyah, setingkat SMP. Pada tahun 1938, ia juga mengembangkan hal yang sama di Ulak Paceh, Sekayu, Musi Ilir (sekarang Kabu­paten Musi Banyu Asin). Pada tahun 1941, ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong, Palembang sebagai pengajar HIS (Hollandcse Inlanders School) Muhammadiyah, setingkat dengan SD.
Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu pabrik minyak Sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajarnya ditutup. Kemudian A.R. Fachruddin dipindahkan ke Tebing Grinting, Muara Meranjat, Palembang sampai tahun 1944. Selama bertugas itu Pak AR mengajar di sekolah Muhammadiyah serta memimpin dan melatih HW, memberi Pengajian dan sebagainya
Ketika kembali Yogyakarta, ke desanya Bleberan, Kulon Progo (tahun 1944), A.R. Fachruddin terus aktif berdakwah dalam Muhammadiyah. Ketika pada tahun 1950 pindah ke Kauman Yogyakarta, A.R. Fachruddin tetap aktif sambil terus belajar kepada para assabiqunal awwalun Muhammadiyahseperti K.H. Syudjak, KHA. Badawi, KRH. Hadjid, K.H. Muchtar, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Djohar, K.H. Muslim, K.H. Hanad, K.H. Bakir Saleh, K.H Basyir Mahfudz, Ibu Hj. Badilah Zuber dan sebagainya.

Keterlibatan A.R. Fachruddin di pusat Muham­madiyah mengantarkan beliau menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, kemudian menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, selanjutnya menjadi anggota Dzawil Qurba Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sampai akhirnya dipercaya memimpin Muham­madiyah selama kira-kira 22 tahun (1968-1990).
Pak AR menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejak tahun 1968 setelah di-fait accomply untuk menjadi Pejabat Ketua PP Muhammadiyah sehubungan dengan wafatnya K.H. Faqih Usman. Dalam Sidang Tanwir di Ponorogo (Jawa Timur) pada tahun 1969, akhirnya Pak AR dikukuhkan menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Makassar pada tahun 1971. Sejak saat itu ia terpilih secara berturut-turut dalam empat kali Muktamar Muhammadiyah berikutnya untuk periode 1971-1974, 1974-1978, 1978-1985 dan terakhir 1985-1990.
Dari riwayat perjalanan dakwahnya, dapat ditarik kesimpulan, Pak AR meniti karir di Muhammadiyah sejak dari bawah, yaitu menjadi anggota, menjadi muballigh yang ditugaskan di pelosok Sumatera Selatan dan di kampungnya sendiri, sampai pada pimpinan puncak yakni dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pak AR menjadi pemimpin setelah melalui proses yang amat panjang.
Melihat sosok Pak AR, akan didapatkan sebuah cermin, bahwa seorang pemimpin perlu menghayati bagaimana kehidupan ummat secara riil. Bagaimana derita dan nestapa ummat di tingkat bawah, bagaimana pahit getir berdakwah dan menggerakkan organisasi di tingkat Ranting yang jauh dari kota, yang serba kekurangan prasarana dan sarana. Susah payah, kesulitan-kesulitan, dan suka duka yang dialami seorang pemimpin yang bekerja di tingkat Ranting dan Cabang dapat memberi pengalaman yang berharga dan menjadikan seorang pemimpin menjadi arif dalam mengambil kebijakan dalam memimpin umat.

Pak AR adalah ulama besar yang berwajah sejuk dan bersahaja. Kesejukannya sebagai pemimpin ummat Islam bisa dirasakan oleh ummat beragama lain. Ketika menyambut kunjungan pimpinan Vatikan, Paus Yohanes Paulus II di Yogyakarta, sebenarnya Pak AR menyampaikan kritikan kepada umat Katholik, tetapi kritik itu disampaikannya secara halus dan sejuk berupa sebuah surat terbuka.
Dalam surat itu, Pak AR mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia adalah muslim. Namun, ada hal yang terasa mengganjal bagi umat Islam Indonesia, bahwa umat Katholik banyak menggunakan kesempatan untuk mempengaruhi ummat Islam yang masih menderita dan miskin agar mau masuk ke agama Katolik. Mereka diberi uang, dicukupi kebutuhannya, dibangunkan rumah-rumah sederhana, dipinjami uang untuk modal dagang, tetapi dengan ajakan agar menjadi umat kristen. Umat Islam dibujuk dan dirayu untuk pindah agama. Dalam tulisannya kepada Paus Yohanes Paulus II itu, Pak AR menyatakan bahwa agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang perwira dan sportif. Kritik ini diterima dengan lapang dada oleh ummat lain karena disampaikan dengan lembut dan sejuk dalam bahasa Jawa halus, serta dijiwai semangat toleransi yang tinggi.
Orang mengatakan bahwa Pak AR adalah penyejuk. Orang selalu mengatakan bahwa kelebihan Pak AR adalah kesejukan dalam menyampaikan dakwah. Gaya kepemimpinan Pak AR yang terasa adalah kesejukan.
Semasa hidupnya Pak AR memberi contoh hidup welas asih dalam ber-Muhammadiyah. Sikap hidup beliau yang teduh, sejuk, ramah, menyapa siapa saja, sering humor, dan bersahaja, adalah pantulan dari mutiara terpendam dalam nuraninya. Pak AR adalah penyebar rasa kasih sayang dalam kehidupan ber-Muhammadiyah, baik dengan sesama Muslim, bahkan juga non Muslim dalam persaudaraan kemanusiaan yang luhur. Beliau tidak pernah menyebarkan sikap dan suasana saling membenci, curiga, iri hati, saling ingin menapikan, apalagi suka menebar aib sesama dalam kehidupan ber-Muhammadiyah.

Selain dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, ia juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya tulisnya banyak dibukukan untuk dijadikan pedoman. Di antara karya-karyanya ialah Naskah Kesyukuran; Naskah EnthenganSerat Kawruh Islam Kawedar; Upaya Mewujudkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Amal; Pemikiran dan Dakwah Islam; Syahadatain Kawedar; Tanya Jawab Entheng-Enthengan; Muhammadiyah adalah Organisasi Dakwah Islamiyah; Al-Islam Bagian Pertama; Menuju Muhammadiyah; Sekaten dan Tuntunan Sholat Basa Jawi; Kembali kepada Al-Qur‘an dan Hadis; Chutbah Nikah dan Terjemahannya; Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang Tepat; Soal-Jawab Entheng-enthenganSarono Entheng-enthengan Pancasila; Ruh Muhammadiyah; dan lain-lain.
    Ulama kharismatik ini tidak bersedia dipilih kembali menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muham­madiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 tahun 1990 di Yogyakarta, walaupun masih banyak Muktamirin yang mengharapkannya. Ia berharap ada alih generasi yang sehat dalam Muhammadiyah. Setalah tidak menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah, dan menjabat sebagai Penasehat PP Muhammadiyah, Pak AR masih aktif melaksanakan kegiatan tabligh ke berbagai tempat. Hingga akhirnya, penyakit vertigo memaksanya harus beristirahat, sesekali di rumah sakit. Namun, dalam keadaan demikian, sepertinya beliau tidak mau berhenti. Pak AR wafat pada 17 Maret 1995 di Rumah Sakit Islam Jakarta pada usia 79 tahun.

Muhammadiyah.or.id

Jumat, 03 Juli 2015

Pentingnya Pertemuan Rutin Orang Tua Siswa

Keberhasilan proses pendidikan anak tidak hanya ditentukan oleh sekolah. Faktor lain yang juga sangat berperan penting dan bahkan bisa jadi lebih utama adalah faktor orang tua dan juga faktor lingkungan masyarakat. Sekolah, orang tua, dan lingkungan masyarakat merupakan tiga faktor penting yang sangat mempengaruhi hasil pendidikan.  Tanpa sinergi ketiganya hampir mustahil dicapai hasil pendidikan yang maksimal. Bahkan guru yang hebat sekalipun sulit untuk mengantarkan anak didiknya menjadi sukses bila tidak di dukung orang tua dan lingkungan yang baik.

Sinergi antara sekolah, orang tua, dan lingkungan masyarakat haruslah dilakukan secara proaktif dan berkelanjutan. Karena, bila hal ini tidak dilakukan maka bisa jadi akan terjadi saling menyalahkan dan mencari alasan ketika hasil belajar tidak sesuai harapan. Dari sekolah guru merasa sudah membimbing anak secara maksimal dan menganggap orang tua yang kurang perhatian. Sebaliknya tidak jarang juga orang tua menganggap guru yang belum berhasil membimbing anaknya di sekolah sehingga nilainya jelek atau sikapnya jelek. Padahal orang tua merasa sudah menitipkan, mempercayakan dan mengeluarkan biaya untuk proses pendidikan anaknya di sekolah.

Saling menyalahkan dan mencari kambing hitam dari kegagalan pendidikan anak tentunya tidak akan terjadi kalau sekolah dan orang tua siswa aktif berkomunikasi tentang proses pendidikan siswa. Diantara cara efektif yang bisa dilakukan adalah melalui kegiatan pertemuan rutin orang tua/wali siswa.

Kebanyakan sekolah mengadakan pertemuan dengan wali siswa hanya menjelang pembagian rapor. Dan itupun cenderung menjadi forum satu arah, yaitu dari sekolah ke orang tua. Padahal kegiatan pertemuan wali siswa bila dilakukan  lebih sering dan dikelola dengan baik akan berdampak besar pada keberhasilan proses pendidikan.

Salah satu sekolah yang telah menyelenggarakan kegiatan rutin temu wali siswa adalah SD Unggulan ‘Aisyiyah Bantul. Di sekolah ini, kegiatan pertemuan wali siswa rutin diselenggarakan setiap 1 bulan sekali tiap kelas. Penulis sendiri sebagai salah satu guru kelas di SD Unggulan ‘Aisyiyah Bantul selalu mengikuti/menyelenggarakan pertemuan wali siswa secara rutin tiap bulan di kelas yang diampu.

Banyak manfaat yang bisa didapat dari kegiatan rutin pertemuan wali siswa ini, diantaranya:

1.    Menjalin silaturahmi antara guru dan orang tua siswa.
Komunikasi aktif dan tatap muka langsung antara orang tua siswa dan guru kelas dalam forum temu wali siswa akan berdampak erat dan akrabnya silaturahmi. guru dan orang tua bisa saling memberikan informasi terkait perkembangan anak. Seringnya pertemuan antara guru dan orang tua tentunya menjadikan guru akan menjadi semakin tahu tentang kondisi anak didik secara utuh. Dengan demikian pendekatan pembelajaran bisa tepat sesuai gaya belajar anak.

2.    Sarana melaporkan perkembangan siswa.
Orang tua sangat butuh informasi tentang perkembangan putra/putrinya di sekolah tidak hanya melalui buku rapor. Melalui pertemuan wali siswa ini, guru bisa melaporkan perkembangan siswa baik bidang akademik maupun non akademik lebih awal. Dengan adanya informasi awal, maka bila diketahui seorang siswa mengalami hambatan atau ketertinggalan mengikuti pelajaran bisa segera dicari solusinya.

3.    Ajang unjuk ketrampilan siswa.
Dalam pertemuan wali siswa bisa disajikan tampilan siswa seperti; baca puisi, menyanyi, praktik ibadah, dan hal lain yang sesuai dengan kompetensi dasar yang telah dipelajari anak. hal ini sekaligus sebagai pembuktian langsung pada orang tua tentang perkembangan kemampuan anak.

4.    Menggali masukan dari orang tua.
Orang tua seringkali memiliki ide-ide yang baik untuk kemajuan sekolah maupun kemajuan kelas. Lewat forum pertemuan wali siswa ini mereka bisa mengemukakan ide-ide tersebut dan sekolah bisa menyaring ide dan masukan mana yang akan dilaksanakan.

5.    Menginformasikan pada orang tua tentang program pembelajaran ke depan.
Materi ajar atau kompetensi dasar yang akan diajarkan selama 1 bulan ke depan bisa disampaikan dalam forum pertemuan wali siswa. Harapannya orang tua tahu persis target kompetensi yang akan diajarkan kepada siswa dan mereka bisa berpartisipasi aktif mendampingi anak belajar di rumah.

Masih banyak lagi manfaat yang bisa didapat dari kegiatan pertemuan rutin wali siswa. Oleh karena itu, bagi sekolah dan guru yang masih jarang melakukan kegiatan pertemuan wali siswa kiranya mulai bisa diagendakan.

Triyanto, S.Pd.
Guru SD Unggulan ‘Aisyiyah Bantul.

TULADHA PANAMPI PASRAH NGUNDUH MANTU

  Assalamu 'alaikum wr.wb. Alhamdulillahirobbil’alamin….   Mugi kawilujengan, karahayon, katentreman, kabegjan menapa dene kamulya...