Jumat, 25 Oktober 2019

Klimaks yang Anti Klimaks


Pasca pengumuman kabinet banyak yang menilai proses demokrasi yang anti klimaks. Apalagi dengan masuknya Pak Prabowo ke jajaran kabinet. Sangat sulit dilogika, kok mau-maunya, dan juga kok ya Pak Jokowi mengajak. Terus apa gunanya kemarin ada pemilihan.
Tetapi saya justru menganggap dan berharap inilah klimaks.
Walaupun pasti, banyak pihak yang kecewa baik dari kubu 01 ataupun 02.
Tetapi, sungguh, dengan bersedianya Pak Prabowo masuk kabinet sebagai Menteri Pertahanan juga sebaliknya terbukanya Pak Jokowi untuk merangkul rival beratnya, maka secara tidak langsung telah terjadi rekonsiliasi.

Suhu perseteruan akar rumput menurun drastis. Padahal, beberapa waktu jelang pemilu, kita merasakan keras dan rumitnya perseteruan antar kubu. Sangat panas dan hampir mustahil bisa dilalui dengan damai. Walaupun banyak tokoh yang dengan arif menenangkan dan bijak, namun provokator tak bertanggung jawab lebih semangat mengadu domba.

Alhamdulillah, Allah Swt masih menyayangi negeri dan bangsa ini. Semoga hari-hari berikutnya semakin tenteram dan maju.

Sedikit was-was yang sepertinya setiap saat bisa muncul kegaduhan lagi, ketika isu-isu tentang radikalisme dimunculkan lagi. Isu yang syarat kepentingan politik dan cenderung memecah kerukunan.
Semoga tidak.

Abi Husna*

Rabu, 23 Oktober 2019

MENDIDIK ANAK AGAR BERANI



Oleh: Triyanto, S.Pd.

Awal masuk sekolah, banyak anak kelas 1 SD yang masih malu-malu. Tidak sedikit juga tampak takut. Takut disuruh maju ke depan kelas. Takut menjawab bila ditanya guru. Takut dinakali teman yang lebih besar. Dan sebagainya. Walaupun umumnya ini hanya beberapa hari, setelah cukup adaptasi mereka akan segera biasa.

Tetapi ada beberapa anak yang memang memiliki karakter pemalu dan penakut. Clingus bahasa jawanya. Seperti yang saya rasakan sendiri waktu kecil.

Dulu, saya ketika masih usia SD, merasa begitu malu dan takut bila diminta guru ke depan untuk mengerjakan tugas. Takut salah. Takut ditertawakna teman. Dan sifat pemalu serta penakut ini berkepanjangan. Ketika di rumah pun, misal ada tamu yang ingin bertemu ayah ibu dan kebetulan yang di rumah hanya saya sendiri, maka saya akan diam di dalam rumah. tidak akan membukakan pintu apalagi menanggapinya. Bingung, malu, takut nanti kalau ditanya jawabnya bagaimana.

Bahkan ketika saya usia SMP. Saya ingat betul, waktu itu sekedar untuk ke warung fotokopi saja saya tidak berani. Tidak tahu caranya bilang kalau mau fotokopi itu bagaimana.

Ketika giliran kelas saya akan ada pemilihan petugas upacara, saya sangat khawatir, was-was, dan takut bila nanti ditunjuk. Maka saya pun menunjukkan raut muka melas agar tidak terpilih.

Walaupun dalam perkembangannya, atas takdir Allah. Alhamdulillah, saya merasa ada perubahan. Lebih berani untuk hal-hal sepele yang dulu saya takutkan. Berani berbicara di forum pertemuan. Berani menjadi pembawa acara kegiatan. Berani menyampaikan kultum. Menjadi pengurus organisasi remaja, memimpin rapat, bahkan Alhamdulillah, saat ini saya menjadi salah satu guru SD Unggulan Aisyiyah Bantul dan sempat diamanahi sebagai Kepala Sekolah tahun 2010-2012.

Sungguh. Menjadi pemalu dan penakut sangat tidak nyaman. Saya ingat betul aneka ketertekanan batin dan perasaan bahkan hanya untuk urusan-urusan sepele.

Dengan latar belakang pengalaman yang saya merasakan sendiri itu, dan berkaitan dengan posisi saya saat ini yang menjadi seorang guru. Saya ikhtiar dengan kemampuan dan referensi yang saya miliki, untuk ikut membantu membimbing, memotivasi siswa lebih optimal khususnya pada siswa-siswa yang menunujkkan sikap pemalu dan penakut. Jangan sampai mereka menjadi pribadi yang terhambat perkembangannya karena sifat penakutnya tadi.

Banyak cara yang ternyata bisa kita lakukan untuk memotivasi anak-anak untuk berkembang. Bahkan sangat sederhana.

Sebagai contoh, untuk membuat anak berani ke depan kelas, berani berbicara  di depan. Maka secara bertahap kita bisa meminta anak untuk bergantian maju ke depan, berdiri sekitar 1-2 detik menghadap ke teman kemudian kembali ke tempat duduk. Hanya berdiri sebentar. Dan ini adalah sebuah pengalaman bagi anak yang awalnya sama sekali belum pernah atau belum berani.

Tahapan berikutnya, kembali anak ke depan, mengucap salam, dan kembali ke tempat duduk. Hanya sekian detik anak mengucap salam saja. Atau menyapa teman, hai, halo kemudian kembali duduk.

Terus secara bertahap, hari hari berikutnya bisa ditambah. Misal membaca satu kalimat di depan. Atau menirukan kalimat yang diucapkan guru.

Dari rangkaian aktivitas sederhana dan bertahap tadi. Secara tidak sadar, anak telah memiliki pengalaman dan peningkatan keberanian ke  depan kelas. Tentunya pengkondisian suasana serta motivasi dan apresiasi guru sangat pula mendukung kelancaran tahapan latihan-latihan tadi.

Contoh latihan keberanian yang lain adalah, latihan berbicara mengunakan mic. Ini penting. Karena ke depan, siapa tahu anak-anak kita akan menjadi pembicara-pembicara sukses. Saya sendiri ingat, pertama berbicara mengunakan mic adalah ketika diamanahi sebagai ketua IRM Ranting dan bertugas mengumumkan kegiatan kerja bakti di musholla lewat pengeras suara musholla. Uh, sungguh, seperti tercekat. Berat bicara di depan mic.

Kita bisa melatih anak-anak secara bertahap pula. Yang pertama secara bergantian siswa kita minta memegang mic. Hanya memegang saja. Kemudian tahapan berikutnya memegang dan berbicara satu kata di dengan mic tersebut. Dan seterusnya.

Hal-hal sederhana ini, perlu secara sadar dan telaten dilakukan guru. jangan sampai ada siswa yang jarang mendapat kesempatan tampil. Karena bila guru kurang telaten atau tidak sabar, maka hanya anak-anak yang berani yang akan sering mendapat kesempatan tampil. Sedang anak yang penakut, guru kesulitan memotivasinya.

Alhamdulillah, dari hal-hal sederhana yang saya lakukan dalam rangka membimbing dan memotivasi siswa tersebut secara umum berjalan lancar pada setiap kelas yang pernah saya ampu. Kadangkala lompatan keberanian anak justru di luar ekspektasi kita. Pernah saya dibuat haru dan bangga, suatu ketika mendapat kiriman foto dari orang tua. Mengabarkan bahwa putranya baru saja tampil membacakan hafalan surat An Naba dalam acara syawalan kantor ayahnya. Masya Allah. Kaget, bangga, dan haru. Ananda yang di kelas beberapa saat lalu sangat pemalu, sangat penakut, dan butuh motivasi ekstra untuk membimbinganya ternyata benar-benar telah berani. Berani tampil di depan umum, melafalkan bacaan surat yang cukup panjang dan dengan menggunakan mic.

Demikian sedikit cerita pengalaman yang sering saya lakukan sebagai seorang guru kelas bawah. Semoga ada hikmahnya. Aamiin.


Penulis adalah;
Guru SD Unggulan Aisyiyah Bantul
Plt. Kepala Sekolah SD Unggulan Aisyiyah Pandak
IG. @triyanto.sdu      
FB. Abi Husna

Rabu, 09 Oktober 2019

Muhammadiyah Bantul Berpotensi Ajukan Kadernya dalam Pilkada 2020

Muhammadiyah tentunya bukan partai politik yang memiliki hak, kewenangan dan mekanisme dalam pengajuan bakal calon kepala daerah, Bupati maupun Wakil Bupati.
Akan tetapi, sebagai organisasi sosial keagamaan yang cukup mampu mengarahkan dan mengkoordinir masyarakat, Muhammadiyah tidak bisa dianggap enteng untuk diabaikan kecenderungan sikapnya.
Bahkan, berkaca pada pemilihan DPD tahun ini yang secara resmi Muhammadiyah merekomendasikan kadernya pun Alhamdulillah akhirnya terpilih, yaitu Bapak H. Afnan Hadikusumo yang beberapa waktu lalu telah resmi dilantik sebagai anggota DPD dari D.I. Yogyakarta. Artinya, Muhammadiyah punya kekuatan untuk mengarahkan warganya untuk memilih calon tertentu apalagi bila calon tersebut adalah kader persyarikatan yang dipandang mampu dan akan amanah mengemban tugas.
Berkaitan dengan hal di atas, semakin dekatnya Pilkada Bantul tahun 2020, maka sudah sepatutnya Muhammadiyah mendorong dan merekomendasikan salah satu kader terbaiknya untuk maju berkontestasi dengan sehat dalam Pilkada 2020. Tentunya dengan menjalin komunikasi baik terhadap partai politik atau koalisi partai politik yang memiliki peluang mengajukan kandidat.
Hal ini jangan dimaknai Muhammadiyah terjun dalam politik praktis, akan tetapi Muhammadiyah perlu untuk ikut ikhtiar memunculkan calon pemimpin daerah yang memang bersih, amanah, visioner dan mampu memimpin dengan benar.
Adapun untuk memilih tokoh yang dipandang mampu untuk menjadi satu yang direkomendasikan tentunya tidak sulit, karena para pimpinan dan kader persyarikatan banyak yang telah memiliki pengalaman dalam hal kepememimpinan.
Sebut saja sebagai contoh, Bapak Drs. H. Sahari yang saat ini sebagai ketua PDM Bantul. Bapak Drs. H. Totok Sudarto, M.Pd. salah satu Pimpinan Muhammadiyah yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Ust. Thoyib Hidayat Da'i kharismatik anggota Majelis Tabligh PDM Bantul, dan masih banyak lagi.
Hal penting yang juga perlu masyarakat luas ketahui, ketika Muhammadiyah telah mampu mendudukkan kadernya dalam jabatan publik, maka Muhammadiyah merelakan dan mewakafkan kemampuan kadernya tersebut untuk berkhidmat yang terbaik untuk kemashlahatan masyarakat luas. Bukan untuk kepentingan khusus Muhammadiyah apalagi hanya segelintir orang atau kelompok saja.
Ini menjadi semacam garansi, karena sungguh tidak mudah mencari pemimpin yang mampu berlaku adil di era sekarang ini, akan tetapi insyaallah para kader persyarikatan Muhammadiyah akan melakukan hal tersebut bila dipercaya mengemban amanah.

By. Triyanto, S.Pd., Bantul, 9-10-2019

TULADHA PANAMPI PASRAH NGUNDUH MANTU

  Assalamu 'alaikum wr.wb. Alhamdulillahirobbil’alamin….   Mugi kawilujengan, karahayon, katentreman, kabegjan menapa dene kamulya...