Di zaman derasnya informasi seperti sekarang, sungguh menyedihkan melihat betapa mudahnya banyak orang terhasut oleh framing media. Hanya bermodal potongan video, headline tendensius, atau narasi yang dibumbui emosi, seseorang yang jelas-jelas punya rekam jejak baik, tiba-tiba bisa dicap buruk, sesat, bahkan dicemooh tanpa ampun.
Ironisnya, sebagian besar dari mereka yang memberi penilaian itu bahkan tidak pernah kenal langsung dengan sosok yang mereka hakimi. Tak pernah duduk bersama, berbicara langsung, apalagi memahami kiprahnya secara utuh. Mereka hanya menyusun persepsi dari potongan-potongan informasi yang sudah digiring sedemikian rupa oleh media yang tak jujur. Keadilan pun dikubur hidup-hidup oleh kecepatan jari dan emosi sesaat.
Di tengah gelombang penghakiman publik yang tidak adil itu, berdirilah orang-orang tangguh yang menjadi korban framing. Mereka tetap tegar, tidak membalas, tidak merendahkan, dan tetap menunaikan kebaikan seolah tak terjadi apa-apa. Inilah manusia-manusia luar biasa yang hatinya dijaga Allah. Mereka bukan hanya sabar, tapi juga sabar yang aktif: tidak terjebak dalam balas dendam, tetap menjaga akhlaq, dan menyerahkan urusannya kepada Yang Maha Adil.
Mungkin benar, inilah salah satu makna dari sabar yang pantas mengantarkan seseorang ke surga. Bukan sekadar sabar dalam sakit atau musibah, tapi sabar dalam fitnah. Sabar saat dituduh hal yang tidak pernah dilakukan. Sabar saat dihina oleh mereka yang tidak kenal siapa kita sebenarnya. Dan sabar yang seperti inilah, yang Rasulullah saw sabdakan:
"الصَّبْرُ ضِيَاءٌ" — Sabar itu cahaya. (HR. Muslim)
Sebuah cahaya yang menuntun jiwa tetap bersinar meski dunia gelap oleh fitnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar