Oleh:
Triyanto,
S.Pd.
Sabtu pagi, 27 Mei 2006, menjadi salah satu pagi paling
mencekam yang pernah saya alami. Tanpa tanda-tanda, bumi Bantul berguncang
hebat selama kurang dari satu menit namun kehancurannya begitu luar biasa.
Rumah-rumah roboh bagai kartu domino, sekolah, balai, pasar bahkan masjid pun
rusak berat, jalan-jalan retak, dan listrik padam total. Kampung berubah
menjadi puing-puing dan debu.
Saya masih ingat dengan jelas suasana
pagi itu, teriakan minta tolong, tangis anak-anak, dan kepanikan luar biasa. Di
antara reruntuhan, tampak tubuh-tubuh terjepit balok, ada yang tertimpa
dinding, bahkan tak sedikit yang berlumuran darah. Beberapa orang
tergopoh-gopoh membawa kerabatnya yang terluka, berusaha mencari pertolongan di
tengah kondisi yang kacau. Banyak yang shock, berdiri kebingungan tanpa tahu
harus ke mana. Komunikasi terputus, dan rasa takut melumpuhkan
segalanya.
Innalillahi wa inna
ilaihi raji’un. Ribuan jiwa melayang pada hari itu. Kita doakan semoga mereka
wafat dalam husnul khatimah, dicatat sebagai syuhada, dan mendapat tempat mulia
di sisi Allah. Bagi keluarga yang ditinggalkan, semoga terus diberikan kekuatan
dan kesabaran.
Bagi saya pribadi,
selamat dari kejadian itu serasa diberi kesempatan hidup kedua. Saat
melihat bangunan rata dengan tanah dan banyak nyawa terenggut, saya sadar
betapa kecil dan lemahnya kita sebagai manusia. Seandainya Allah berkehendak
lain, saya pun bisa termasuk di antara yang tak selamat. Maka hidup setelah itu
bukan lagi sekadar rutinitas, tapi seharusnya menjadi perjalanan penuh makna lebih
bersyukur, lebih serius beribadah, dan lebih sungguh-sungguh dalam memberi
manfaat kepada sesama.
Musibah besar ini
menyadarkan kita bahwa dunia ini tidak stabil. Apa yang selama ini kita anggap
kokoh ternyata bisa lenyap dalam hitungan detik. Maka jangan sampai kita
terlena dengan kenikmatan dunia. Gunakan sisa usia untuk amal terbaik. Bangun
hubungan yang lebih kuat dengan Allah, lebih peduli kepada sesama, dan lebih
bijak memaknai hidup.
Jika hari ini kita
masih bisa membaca tulisan ini, masih bisa bernapas dan melangkah, itu adalah
karunia tak terhingga. Jangan sia-siakan kesempatan hidup ini. Karena tak ada
yang tahu kapan waktunya kita akan diguncang lagi oleh gempa, oleh musibah,
atau oleh kematian. Tentu atas kehendak-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar