Senin, 16 Juni 2025

Kita Pernah Bersama, Kalian Tetap di Hati


(Refleksi Akhirusanah Angkatan 1 SDUA Pandak)

Oleh: Triyanto, S.Pd.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi kekuatan, kesabaran, dan kemudahan dalam setiap langkah kita. Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Siswa-siswi angkatan pertama SD Unggulan Aisyiyah Pandak resmi dinyatakan lulus dan diselenggarakan kegiatan Akhirusanah angkatan I. Sebuah momen bersejarah yang tidak hanya menandai akhir dari satu fase belajar, tetapi juga awal dari perjalanan yang lebih tinggi dan luas.

Angkatan pertama ini sungguh istimewa. Kalian adalah putra-putri dari orang tua hebat yang mempercayai kami sepenuh hati, bahkan ketika sekolah ini belum memiliki jejak apapun. Tidak ada kakak kelas yang bisa ditanya, tidak ada alumni yang bisa jadi rujukan, bahkan ruang kelas pun masih numpang di komplek TK ABA. Hanya ada keyakinan, semangat dakwah pendidikan, dan harapan besar bahwa SD ini akan menjadi tempat tumbuhnya anak-anak shalih shalihah yang unggul dalam iman, ilmu, dan akhlak.

Kita semua; para guru, siswa, orang tua siswa, panitia pendiri dan ibu-ibu Aisyiyah, mengalami langsung suka duka perintisan ini. Mulai dari keterbatasan fasilitas, adaptasi sistem pembelajaran, hingga dinamika perubahan formasi tenaga pendidik. Namun dengan izin Allah, dan berkat kerjasama serta doa dari semua pihak, satu per satu tantangan itu bisa dilewati. Dan hari ini, buah dari keikhlasan itu mulai tampak. Kalian lulus, bukan hanya dengan nilai akademik, tapi dengan bekal kepribadian, kebersamaan, dan semangat untuk terus belajar.

Secara pribadi, saya yang pernah diberi amanah sebagai kepala sekolah di masa awal hanya bisa mendampingi kalian hingga awal kelas 3. Saya kemudian kembali bertugas di SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Begitu pula dengan beberapa guru hebat yang sejak kelas 1 membersamai kalian — Bu Mentari, Bu Rima, Pak Frida, dan Bu Anik — yang harus melanjutkan pengabdian sebagai ASN di tempat lain. Bersyukur masih ada sosok luar biasa yang terus setia membersamai kalian, Ibu Rahmah, yang menjadi saksi perjalanan kalian dari hari pertama hingga hari ini. Tentu tak terlupakan pula guru-guru hebat lainnya yang hadir kemudian, meneruskan perjuangan mendidik dengan penuh cinta. Juga Bapak Suwardi yang harus rela bertambah beban tugas sebagai Plt. Kepala Sekolah SDUA Pandak selain tugas utama Kepala Sekolah SDUA Bantul.

Mohon maaf atas segala kekurangan kami selama membersamai. Ketulusan dan semangat kita semua semoga menjadi bagian dari jejak langkah kalian yang akan terus tumbuh dan berkembang. Kami bangga kepada kalian, anak-anak hebat angkatan pertama. Jadilah pelopor kebaikan, pembawa cahaya di mana pun kalian berada. Salam takzim untuk seluruh orang tua siswa. Kepercayaan, dukungan, partispasi dan doa bapak/ibu adalah anugerah luar biasa.

Selamat melangkah ke jenjang berikutnya anakku semua. Semoga Allah senantiasa menjaga kalian dan menjadikan ilmu yang kalian peroleh sebagai penerang hidup dan pemberat amal kebaikan.

Barakallahu fiikum.

 





Rabu, 11 Juni 2025

Ronda Malam, Ikhtiar Kolektif Menjaga Kampung Tercinta

Malam ini, seperti malam Rabu biasanya, para bapak warga RT 02 Pedukuhan Turi, Sumberagung, Jetis kembali berkumpul untuk melaksanakan giat ronda malam. Sebuah kegiatan yang barangkali terlihat sederhana, namun memiliki makna yang dalam bagi kehidupan sosial dan keamanan lingkungan kampung.

Tepat pukul 00.00 WIB, para peronda mulai berkumpul di pos ronda yang telah disepakati, yakni di rumah Bapak Jajuk, terletak di pojok RT 02. Dalam suasana penuh kehangatan, mereka duduk bercengkerama santai sambil menikmati teh hangat dan kopi panas. Obrolan ringan antarwarga ini menjadi pelepas lelah sekaligus penguat solidaritas. Ronda bukan hanya soal patroli malam, tapi juga membangun kebersamaan, menjalin komunikasi antarwarga yang mungkin di siang hari sibuk dengan urusan masing-masing.

Setelah cukup ramah tamah, ronda dimulai. Dipimpin langsung oleh Ketua RT 02, Bapak Ristiyono, para warga menyusuri rute yang telah menjadi bagian dari tradisi ronda di kampung ini. Berangkat dari titik pos di RT 02, menyusuri jalan ke selatan menuju RT 01, lalu melintasi pinggiran kampung yang berbatasan dengan aliran sungai Bulus. Suasana malam yang hening menjadi saksi komitmen para bapak yang rela memotong waktu tidurnya demi kampung yang aman.

Perjalanan dilanjutkan melintasi jembatan ke arah RT 04, lalu sambang ke RT 05, RT 06, dan RT 03 sebelum akhirnya kembali ke titik awal di RT 02. Rute ini bukan hanya simbol penjagaan fisik, tetapi juga bukti nyata bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama lintas RT. Bahwa satu kampung adalah satu tubuh, dan ronda adalah salah satu cara kita saling menjaga.

Pedukuhan Turi yang terdiri dari enam RT telah sepakat berbagi jadwal ronda, dan RT 02 kebagian giliran setiap malam Rabu. Alhamdulillah, sampai hari ini giat ini masih terlaksana dengan lancar dan penuh semangat. Selamat dan terima kasih kepada seluruh warga RT se-Pedukuhan Turi yang telah menjalankan tugas ronda dengan kompak dan penuh tanggung jawab. Semoga semangat ini terus terjaga.

Tak lupa, ucapan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dukuh Drs. H. Ponimin yang tak pernah lelah memberikan arahan dan motivasi kepada warga. Peran beliau menjadi penguat moral dan pengingat bahwa kerja bakti sosial seperti ini adalah bagian dari ibadah dan ikhtiar kolektif untuk menciptakan kampung yang aman, tenteram, dan guyub.

Semoga kampung kita, Pedukuhan Turi, senantiasa diberi keberkahan, kedamaian, dan keselamatan. Karena kampung yang aman tidak hanya dijaga oleh pagar dan pintu, tetapi oleh hati-hati yang saling peduli.

Triyanto, S.Pd., Warga RT 02, Turi*




Senin, 09 Juni 2025

Mengaji dan Rapat, Dua Napas Gerakan Muhammadiyah Tingkat Ranting

Oleh: Triyanto, S.Pd.

Di antara sekian banyak dinamika dalam gerakan Muhammadiyah, peran pimpinan ranting tak bisa dipandang sebelah mata. Justru di tingkat rantinglah denyut Muhammadiyah paling nyata terasa. Di sinilah gerakan bersentuhan langsung dengan warga, dengan jamaah, dengan umat. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hidup-matinya Muhammadiyah sering kali bertumpu pada keaktifan dan keberlanjutan kegiatan di tingkat ranting.

Dua hal yang menjadi napas penting gerakan Muhammadiyah di tingkat akar rumput adalah mengaji dan rapat. Mengaji, karena ia adalah sumber ruh dan ilmu. Rapat, karena ia adalah wadah musyawarah, konsolidasi, dan koordinasi.

Alhamdulillah, di Ranting Muhammadiyah Sumberagung, gerakan ini terus kita hidupkan. Kegiatan pengajian selapanan Ahad Legi berjalan rutin, dan terus kita upayakan agar tidak putus. Jamaah juga kita dorong untuk menghadiri pengajian tingkat cabang setiap Ahad Wage, yang merupakan forum strategis memperluas cakrawala sekaligus mempererat ukhuwah. Selain itu, setiap Sabtu pagi ada kajian rutin yang digelar Majelis Tabligh PCM sebagai menu ilmu pekanan yang segar dan bergizi bagi ruhani kita.

Tidak kalah penting, selain mengaji adalah rapat. Rapat rutin bulanan menjadi tradisi yang kita galakkan. Bukan hanya sekadar membicarakan agenda dan teknis kegiatan, tetapi juga sebagai forum konsolidasi—tempat para pimpinan saling bertukar pikiran, menguatkan semangat, menyamakan langkah. Di forum inilah eksistensi kepemimpinan ranting terasa nyata. Ada proses leadership yang berjalan, bukan sekadar management event.

Tentu kami juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh ranting di lingkup PCM Jetis yang terus menunjukkan geliat gerak dakwah yang luar biasa. Masing-masing dengan cara, tantangan, dan kreativitasnya sendiri dalam menghidupkan Muhammadiyah di wilayahnya. Begitu pula untuk seluruh ranting Muhammadiyah se-Indonesia yang terus menyalakan obor dakwah dengan penuh ketulusan. Semangat fastabiqul khairat—berlomba dalam kebaikan—terus mengalir dalam denyut amal dan gerak yang nyaris tanpa henti.

Kami sadar, bahwa eksistensi pimpinan ranting bukan dilihat dari besar-kecilnya acara yang digelar, tetapi dari konsistensi dalam menghidupkan gerakan. Maka kami berdoa dan terus berikhtiar agar Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sumberagung beserta seluruh Ortomnya—'Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, dan Kokam—senantiasa eksis dan bisa terus menebar kemanfaatan, tidak hanya bagi jamaah, tapi juga masyarakat luas.

Semoga semangat mengaji dan rapat menjadi energi yang menyalakan obor dakwah kita dari ranting untuk negeri.




Minggu, 08 Juni 2025

Pengajian Ahad Legi PRM Sumberagung Hadirkan Sekretaris PP Muhammadiyah

Bantul – Masjid Al-Ihsan Bulus Kulon kembali menjadi pusat semangat dan inspirasi dalam Pengajian Ahad Legi yang digelar oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sumberagung, Ahad pagi, 8 Juni 2025. Kali ini, pengajian diisi oleh narasumber istimewa: Dr. Muhammad Sayuti, M.Pd., M.Ed., Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dalam tausiyahnya, Dr. Sayuti mengajak seluruh jamaah untuk mensyukuri nikmat besar menjadi bagian dari Muhammadiyah. Ia menekankan bahwa bergabung dalam Muhammadiyah bukan hanya soal organisasi, tetapi merupakan anugerah perjuangan di jalan kebaikan yang terstruktur, luas, dan konsisten.

Muhammadiyah sudah berusia 116 tahun, namun tetap dan terus bergerak untuk kebaikan umat dan bangsa, tegasnya.

Ia mengungkapkan data yang menunjukkan betapa besar kontribusi Muhammadiyah dalam amal usaha: lebih dari 5.000 sekolah, 163 perguruan tinggi, 440 pondok pesantren, ratusan rumah sakit dan klinik, serta lebih dari 20.000 TK ABA yang tersebar di seluruh Indonesia.

Namun yang menarik, menurut beliau, bukan hanya banyaknya amal usaha itu, tapi “baterai” Muhammadiyah yang seolah tak pernah habis dayanya.

“Apa rahasia daya tahan dan energi luar biasa itu?” tanya Dr. Sayuti yang kemudian menjawabnya sendiri: “Jawabannya terletak pada karakter khas warga Muhammadiyah.”

Beliau lalu menyebutkan sejumlah karakter utama warga Muhammadiyah yang menjadi sumber energi gerakan:

1. Aqidah yang lurus

2. Taat ibadah

3. Istiqomah

4. Ikhlas

5. Berjiwa gerakan

6. Suka beramal

7. Fathonah

8. Dan karakter positif lainnya.


Pesan tersebut kemudian beliau kuatkan dengan tadabbur ayat Al-Qur’an Ali Imran: 92:

"لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ"

(“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…”)

“Inilah semangat warga Muhammadiyah, beramal dengan tulus, bahkan dari apa yang paling dicintai. Maka tidak heran kalau amal usaha Muhammadiyah terus berkembang,” tutup Dr. Sayuti.

Pengajian Ahad Legi ini dihadiri ratusan jamaah warga Muhammadiyah se-Sumberagung dan menjadi momen yang memperkuat semangat dakwah serta rasa bangga menjadi bagian dari Muhammadiyah.



Rabu, 04 Juni 2025

Bangga Ber-Muhammadiyah

Oleh: Triyanto, S. Pd.

Menjadi seorang Muslim sejati adalah cita-cita setiap insan beriman. Namun, memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang benar bukan perkara mudah. Tidak semua dari kita memiliki kapasitas ilmu, waktu, atau kesempatan untuk menggali agama secara langsung dari sumber-sumber asli seperti Al-Qur'an dan Hadis dengan perangkat ilmu yang memadai. Maka dari itu, dibutuhkan panduan yang sahih dan terpercaya—sebuah jalan yang memudahkan kita meniti kehidupan beragama yang lurus, sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.

Di sinilah pentingnya keberadaan Muhammadiyah. Sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah, Muhammadiyah hadir dengan landasan tarjih—hasil ijtihad kolektif para ulama yang memiliki keilmuan mendalam. Melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, umat awam seperti kita dibimbing untuk berislam secara utuh, rasional, dan bersih dari takhayul, bid’ah, dan khurafat. Ber-Muhammadiyah bukan berarti ikut-ikutan kelompok, tetapi merupakan bentuk ikhtiar sadar untuk beragama secara ilmiah, bertanggung jawab, dan lurus.

Lebih dari itu, menjadi bagian dari Muhammadiyah adalah langkah nyata menuju amal saleh yang terorganisir. Kita tidak sedang “kurang kerjaan”, bukan pula sekadar mencari posisi atau panggung. Bergiat dalam Persyarikatan, entah sebagai guru, karyawan AUM, relawan, atau bahkan pimpinan tingkat ranting, cabang, sampai pusat, adalah bentuk ibadah. Ini adalah medan amal yang luas, tempat kita bisa berkontribusi dalam dakwah, pendidikan, kesehatan, sosial, dan banyak lini kebaikan lainnya.

Di Muhammadiyah, amal kita bukan hanya ikhtiar duniawi, tapi investasi akhirat. Kita menanam pohon amal yang kelak akan berbuah pahala, meski tidak mesti kita lihat hasilnya di dunia. Maka tak heran jika banyak kader dan pimpinan Muhammadiyah tetap istiqamah meski tak pernah digaji, tak pernah disanjung, bahkan sering kali dilupakan. Sebab mereka sadar, ini bukan soal dilihat manusia, ini tentang mengharap keridhaan Allah SWT.

Jadi, ber-Muhammadiyah adalah kebanggaan. Karena melalui Persyarikatan inilah kita meniti jalan Islam yang benar, dan menjadikan hidup ini lebih bermakna dengan amal yang berdaya guna. Kita tidak sempurna, tapi kita punya kompas. Kita bukan ulama, tapi kita punya bimbingan ulama. Kita bukan siapa-siapa, tapi kita ingin menjadi hamba yang berarti.

Selamat Milad Muhammadiyah ke 116 (8 Dzulhijjah 1446 H). Semoga tetap jaya, terus mencerahkan, dan menjadi pelita Islam berkemajuan untuk umat dan bangsa.


#BanggaberMuhammadiyah #IslamBerilmu #AmalBermakna #MiladMuhammadiyah1446H

Senin, 02 Juni 2025

Pemimpin: Penegak Aturan atau Pelayan Kebaikan?

Oleh: Triyanto M. Faraz

Dalam lingkup kecil seperti sekolah, organisasi, atau komunitas sosial, sosok pemimpin kerap kali menjadi penentu arah perjalanan sebuah kelompok. Namun, karakter kepemimpinan yang terbentuk di dalamnya tidak selalu sama. Ada pemimpin yang bangga ketika aturan ditegakkan dengan mutlak, dan ada pula yang berjuang agar setiap kebijakan membawa kenyamanan dan kemaslahatan bersama. Keduanya mungkin sama-sama merasa telah melakukan tugasnya dengan baik, namun perbedaannya terletak pada cara pandang terhadap manusia dan makna dari keberhasilan.

Ada tipe pemimpin yang menjadikan ketaatan sebagai parameter keberhasilan. Ketika semua anggota mengikuti aturan yang ia tetapkan, maka itu dianggap sebagai keberhasilan mutlak. Ia bangga melihat tidak ada yang keluar barisan, semua tertib, semua "tunduk." Namun, dalam diam, bisa jadi beberapa anggota hanya mematuhi karena takut, bukan karena setuju. Beberapa merasa tidak nyaman, bahkan sudah pernah menyampaikan kritik atau usulan perbaikan, namun dianggap membangkang atau tidak taat.

Cara pandang seperti ini bisa saja lahir dari niat baik: menjaga keteraturan, memastikan jalannya sistem. Tetapi ketika aturan menjadi lebih penting daripada orang-orang yang menjalankannya, maka kepemimpinan berubah dari seni mempengaruhi menjadi seni memaksa. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mematikan kreativitas, mengikis rasa memiliki, dan menciptakan iklim organisasi yang penuh tekanan.

Sebaliknya, ada tipe pemimpin yang menjadikan pelayanan sebagai napas kepemimpinannya. Ia tak mudah puas hanya karena semua berjalan "sesuai aturan." Ia mendengar, menimbang, dan membuka ruang bagi dialog. Ketika ada anggota yang merasa aturan kurang tepat, ia tidak tersinggung, justru bersyukur karena itu menjadi bahan evaluasi. Ia berupaya mencari jalan tengah yang tetap menjaga nilai inti, namun tidak memberatkan mereka yang harus menjalankan.

Pemimpin seperti ini tidak selalu mudah. Ia mungkin harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendengarkan, memikirkan ulang keputusan, bahkan merelakan sebagian kenyamanannya sendiri demi anggota. Namun kebanggaannya bukan pada ketaatan semu, melainkan pada kepuasan anggota yang merasa dihargai dan dilibatkan. Ia memahami bahwa aturan yang baik bukan hanya yang bisa ditegakkan, tapi juga yang bisa diterima dengan hati.

Dalam kehidupan organisasi atau komunitas, aturan memang penting. Tapi yang lebih penting adalah manusia yang menghidupinya. Kepemimpinan bukan sekadar soal menjaga disiplin, tapi juga tentang merawat hubungan. Bukan hanya tentang "berhasil menertibkan," tapi tentang berhasil membuat orang merasa aman, dihargai, dan berkembang bersama.

Kita Pernah Bersama, Kalian Tetap di Hati

(Refleksi Akhirusanah Angkatan 1 SDUA Pandak) Oleh: Triyanto, S.Pd. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi kekua...