Oleh: Triyanto, S.Pd.
Awal
masuk sekolah, banyak anak kelas 1 SD yang masih malu-malu. Tidak sedikit juga
tampak takut. Takut disuruh maju ke depan kelas. Takut menjawab bila ditanya
guru. Takut dinakali teman yang lebih besar. Dan sebagainya. Walaupun umumnya
ini hanya beberapa hari, setelah cukup adaptasi mereka akan segera biasa.
Tetapi
ada beberapa anak yang memang memiliki karakter pemalu dan penakut. Clingus
bahasa jawanya. Seperti yang saya rasakan sendiri waktu kecil.
Dulu,
saya ketika masih usia SD, merasa begitu malu dan takut bila diminta guru ke
depan untuk mengerjakan tugas. Takut salah. Takut ditertawakna teman. Dan sifat
pemalu serta penakut ini berkepanjangan. Ketika di rumah pun, misal ada tamu
yang ingin bertemu ayah ibu dan kebetulan yang di rumah hanya saya sendiri,
maka saya akan diam di dalam rumah. tidak akan membukakan pintu apalagi
menanggapinya. Bingung, malu, takut nanti kalau ditanya jawabnya bagaimana.
Bahkan
ketika saya usia SMP. Saya ingat betul, waktu itu sekedar untuk ke warung
fotokopi saja saya tidak berani. Tidak tahu caranya bilang kalau mau fotokopi
itu bagaimana.
Ketika
giliran kelas saya akan ada pemilihan petugas upacara, saya sangat khawatir,
was-was, dan takut bila nanti ditunjuk. Maka saya pun menunjukkan raut muka
melas agar tidak terpilih.
Walaupun
dalam perkembangannya, atas takdir Allah. Alhamdulillah, saya merasa ada
perubahan. Lebih berani untuk hal-hal sepele yang dulu saya takutkan. Berani
berbicara di forum pertemuan. Berani menjadi pembawa acara kegiatan. Berani
menyampaikan kultum. Menjadi pengurus organisasi remaja, memimpin rapat, bahkan
Alhamdulillah, saat ini saya menjadi salah satu guru SD Unggulan Aisyiyah
Bantul dan sempat diamanahi sebagai Kepala Sekolah tahun 2010-2012.
Sungguh.
Menjadi pemalu dan penakut sangat tidak nyaman. Saya ingat betul aneka
ketertekanan batin dan perasaan bahkan hanya untuk urusan-urusan sepele.
Dengan
latar belakang pengalaman yang saya merasakan sendiri itu, dan berkaitan dengan
posisi saya saat ini yang menjadi seorang guru. Saya ikhtiar dengan kemampuan
dan referensi yang saya miliki, untuk ikut membantu membimbing, memotivasi
siswa lebih optimal khususnya pada siswa-siswa yang menunujkkan sikap pemalu
dan penakut. Jangan sampai mereka menjadi pribadi yang terhambat
perkembangannya karena sifat penakutnya tadi.
Banyak
cara yang ternyata bisa kita lakukan untuk memotivasi anak-anak untuk
berkembang. Bahkan sangat sederhana.
Sebagai
contoh, untuk membuat anak berani ke depan kelas, berani berbicara di depan. Maka secara bertahap kita bisa
meminta anak untuk bergantian maju ke depan, berdiri sekitar 1-2 detik
menghadap ke teman kemudian kembali ke tempat duduk. Hanya berdiri sebentar.
Dan ini adalah sebuah pengalaman bagi anak yang awalnya sama sekali belum
pernah atau belum berani.
Tahapan
berikutnya, kembali anak ke depan, mengucap salam, dan kembali ke tempat duduk.
Hanya sekian detik anak mengucap salam saja. Atau menyapa teman, hai, halo
kemudian kembali duduk.
Terus
secara bertahap, hari hari berikutnya bisa ditambah. Misal membaca satu kalimat
di depan. Atau menirukan kalimat yang diucapkan guru.
Dari
rangkaian aktivitas sederhana dan bertahap tadi. Secara tidak sadar, anak telah
memiliki pengalaman dan peningkatan keberanian ke depan kelas. Tentunya pengkondisian suasana
serta motivasi dan apresiasi guru sangat pula mendukung kelancaran tahapan
latihan-latihan tadi.
Contoh
latihan keberanian yang lain adalah, latihan berbicara mengunakan mic. Ini
penting. Karena ke depan, siapa tahu anak-anak kita akan menjadi
pembicara-pembicara sukses. Saya sendiri ingat, pertama berbicara mengunakan
mic adalah ketika diamanahi sebagai ketua IRM Ranting dan bertugas mengumumkan
kegiatan kerja bakti di musholla lewat pengeras suara musholla. Uh, sungguh,
seperti tercekat. Berat bicara di depan mic.
Kita
bisa melatih anak-anak secara bertahap pula. Yang pertama secara bergantian
siswa kita minta memegang mic. Hanya memegang saja. Kemudian tahapan berikutnya
memegang dan berbicara satu kata di dengan mic tersebut. Dan seterusnya.
Hal-hal
sederhana ini, perlu secara sadar dan telaten dilakukan guru. jangan sampai ada
siswa yang jarang mendapat kesempatan tampil. Karena bila guru kurang telaten
atau tidak sabar, maka hanya anak-anak yang berani yang akan sering mendapat
kesempatan tampil. Sedang anak yang penakut, guru kesulitan memotivasinya.
Alhamdulillah,
dari hal-hal sederhana yang saya lakukan dalam rangka membimbing dan memotivasi
siswa tersebut secara umum berjalan lancar pada setiap kelas yang pernah saya
ampu. Kadangkala lompatan keberanian anak justru di luar ekspektasi kita.
Pernah saya dibuat haru dan bangga, suatu ketika mendapat kiriman foto dari
orang tua. Mengabarkan bahwa putranya baru saja tampil membacakan hafalan surat
An Naba dalam acara syawalan kantor ayahnya. Masya Allah. Kaget, bangga, dan
haru. Ananda yang di kelas beberapa saat lalu sangat pemalu, sangat penakut,
dan butuh motivasi ekstra untuk membimbinganya ternyata benar-benar telah
berani. Berani tampil di depan umum, melafalkan bacaan surat yang cukup panjang
dan dengan menggunakan mic.
Demikian
sedikit cerita pengalaman yang sering saya lakukan sebagai seorang guru kelas
bawah. Semoga ada hikmahnya. Aamiin.
Penulis adalah;Guru SD Unggulan Aisyiyah Bantul
Plt. Kepala Sekolah SD Unggulan Aisyiyah Pandak
IG. @triyanto.sdu
FB. Abi Husna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar