Rabu, 23 Oktober 2019

MENDIDIK ANAK AGAR BERANI



Oleh: Triyanto, S.Pd.

Awal masuk sekolah, banyak anak kelas 1 SD yang masih malu-malu. Tidak sedikit juga tampak takut. Takut disuruh maju ke depan kelas. Takut menjawab bila ditanya guru. Takut dinakali teman yang lebih besar. Dan sebagainya. Walaupun umumnya ini hanya beberapa hari, setelah cukup adaptasi mereka akan segera biasa.

Tetapi ada beberapa anak yang memang memiliki karakter pemalu dan penakut. Clingus bahasa jawanya. Seperti yang saya rasakan sendiri waktu kecil.

Dulu, saya ketika masih usia SD, merasa begitu malu dan takut bila diminta guru ke depan untuk mengerjakan tugas. Takut salah. Takut ditertawakna teman. Dan sifat pemalu serta penakut ini berkepanjangan. Ketika di rumah pun, misal ada tamu yang ingin bertemu ayah ibu dan kebetulan yang di rumah hanya saya sendiri, maka saya akan diam di dalam rumah. tidak akan membukakan pintu apalagi menanggapinya. Bingung, malu, takut nanti kalau ditanya jawabnya bagaimana.

Bahkan ketika saya usia SMP. Saya ingat betul, waktu itu sekedar untuk ke warung fotokopi saja saya tidak berani. Tidak tahu caranya bilang kalau mau fotokopi itu bagaimana.

Ketika giliran kelas saya akan ada pemilihan petugas upacara, saya sangat khawatir, was-was, dan takut bila nanti ditunjuk. Maka saya pun menunjukkan raut muka melas agar tidak terpilih.

Walaupun dalam perkembangannya, atas takdir Allah. Alhamdulillah, saya merasa ada perubahan. Lebih berani untuk hal-hal sepele yang dulu saya takutkan. Berani berbicara di forum pertemuan. Berani menjadi pembawa acara kegiatan. Berani menyampaikan kultum. Menjadi pengurus organisasi remaja, memimpin rapat, bahkan Alhamdulillah, saat ini saya menjadi salah satu guru SD Unggulan Aisyiyah Bantul dan sempat diamanahi sebagai Kepala Sekolah tahun 2010-2012.

Sungguh. Menjadi pemalu dan penakut sangat tidak nyaman. Saya ingat betul aneka ketertekanan batin dan perasaan bahkan hanya untuk urusan-urusan sepele.

Dengan latar belakang pengalaman yang saya merasakan sendiri itu, dan berkaitan dengan posisi saya saat ini yang menjadi seorang guru. Saya ikhtiar dengan kemampuan dan referensi yang saya miliki, untuk ikut membantu membimbing, memotivasi siswa lebih optimal khususnya pada siswa-siswa yang menunujkkan sikap pemalu dan penakut. Jangan sampai mereka menjadi pribadi yang terhambat perkembangannya karena sifat penakutnya tadi.

Banyak cara yang ternyata bisa kita lakukan untuk memotivasi anak-anak untuk berkembang. Bahkan sangat sederhana.

Sebagai contoh, untuk membuat anak berani ke depan kelas, berani berbicara  di depan. Maka secara bertahap kita bisa meminta anak untuk bergantian maju ke depan, berdiri sekitar 1-2 detik menghadap ke teman kemudian kembali ke tempat duduk. Hanya berdiri sebentar. Dan ini adalah sebuah pengalaman bagi anak yang awalnya sama sekali belum pernah atau belum berani.

Tahapan berikutnya, kembali anak ke depan, mengucap salam, dan kembali ke tempat duduk. Hanya sekian detik anak mengucap salam saja. Atau menyapa teman, hai, halo kemudian kembali duduk.

Terus secara bertahap, hari hari berikutnya bisa ditambah. Misal membaca satu kalimat di depan. Atau menirukan kalimat yang diucapkan guru.

Dari rangkaian aktivitas sederhana dan bertahap tadi. Secara tidak sadar, anak telah memiliki pengalaman dan peningkatan keberanian ke  depan kelas. Tentunya pengkondisian suasana serta motivasi dan apresiasi guru sangat pula mendukung kelancaran tahapan latihan-latihan tadi.

Contoh latihan keberanian yang lain adalah, latihan berbicara mengunakan mic. Ini penting. Karena ke depan, siapa tahu anak-anak kita akan menjadi pembicara-pembicara sukses. Saya sendiri ingat, pertama berbicara mengunakan mic adalah ketika diamanahi sebagai ketua IRM Ranting dan bertugas mengumumkan kegiatan kerja bakti di musholla lewat pengeras suara musholla. Uh, sungguh, seperti tercekat. Berat bicara di depan mic.

Kita bisa melatih anak-anak secara bertahap pula. Yang pertama secara bergantian siswa kita minta memegang mic. Hanya memegang saja. Kemudian tahapan berikutnya memegang dan berbicara satu kata di dengan mic tersebut. Dan seterusnya.

Hal-hal sederhana ini, perlu secara sadar dan telaten dilakukan guru. jangan sampai ada siswa yang jarang mendapat kesempatan tampil. Karena bila guru kurang telaten atau tidak sabar, maka hanya anak-anak yang berani yang akan sering mendapat kesempatan tampil. Sedang anak yang penakut, guru kesulitan memotivasinya.

Alhamdulillah, dari hal-hal sederhana yang saya lakukan dalam rangka membimbing dan memotivasi siswa tersebut secara umum berjalan lancar pada setiap kelas yang pernah saya ampu. Kadangkala lompatan keberanian anak justru di luar ekspektasi kita. Pernah saya dibuat haru dan bangga, suatu ketika mendapat kiriman foto dari orang tua. Mengabarkan bahwa putranya baru saja tampil membacakan hafalan surat An Naba dalam acara syawalan kantor ayahnya. Masya Allah. Kaget, bangga, dan haru. Ananda yang di kelas beberapa saat lalu sangat pemalu, sangat penakut, dan butuh motivasi ekstra untuk membimbinganya ternyata benar-benar telah berani. Berani tampil di depan umum, melafalkan bacaan surat yang cukup panjang dan dengan menggunakan mic.

Demikian sedikit cerita pengalaman yang sering saya lakukan sebagai seorang guru kelas bawah. Semoga ada hikmahnya. Aamiin.


Penulis adalah;
Guru SD Unggulan Aisyiyah Bantul
Plt. Kepala Sekolah SD Unggulan Aisyiyah Pandak
IG. @triyanto.sdu      
FB. Abi Husna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAJELIS TABLIGH PCM JETIS SELENGGARAKAN KANTIN SAPA

Bantul – Kajian Rutin Sabtu Pagi (Kantin Sapa) mulai diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Jetis pada Sabt...