Rabu, 20 Agustus 2025

Masjid Sepi, Iman yang Layu


Fenomena yang sering kita jumpai di banyak kampung hari ini adalah masjid yang sepi jamaah. Tidak semua, tentu. Ada beberapa masjid yang tetap hidup makmur jamaah fardlu lima waktu, semarak pengajian bahkan tempat belajar mengaji anak-anak (TPA). Namun, mari jujur melihat kenyataan: di sebagian besar masjid, shalat berjamaah lima waktu sering hanya diisi oleh segelintir orang, itu pun mayoritas kaum sepuh. 


Kehadiran remaja dan pemuda? Hampir tak terlihat. Anak-anak kadang ramai di masjid, tapi hanya saat Ramadhan itu pun hanya di awal bulan. Selebihnya, masjid kembali lengang. Jika keadaan ini dibiarkan, masjid berpotensi berubah fungsi hanya menjadi bangunan fisik yang megah tapi kehilangan denyut sosial dan spiritual.


Sepinya jamaah masjid bukan sekadar persoalan absennya tubuh-tubuh muslim di saf shalat, tapi cermin semangat berislam yang kian meredup. Islam tidak hanya diajarkan untuk diyakini, tapi untuk dihidupi. Dan shalat berjamaah adalah salah satu indikator nyata. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibanding shalat sendirian. Jika keutamaan sebesar itu saja tidak menggugah hati, maka jelas ada yang salah dengan pola keberagamaan kita hari ini.


Masyarakat kampung yang dulu dikenal religius pun mulai kehilangan ruh kebersamaan di masjid. Faktor penyebabnya tentu beragam: kesibukan mencari nafkah, daya tarik hiburan digital, minimnya teladan dari tokoh muda, hingga kurang kreatifnya pengelolaan masjid. Namun, alasan apa pun tidak bisa menutupi kenyataan pahit: masjid sepi jamaah adalah tanda alarm spiritual umat.


Karena itu, perlu ada gerakan yang lebih sungguh-sungguh untuk menghidupkan kembali masjid. Tak cukup sekadar membangun fisik megah dengan menara tinggi, tetapi menumbuhkan ruh dakwah yang menggembirakan. Remaja dan pemuda harus dilibatkan, bukan hanya ditempatkan sebagai penonton. Masjid harus menjadi pusat kehidupan, tempat ilmu, diskusi, olahraga, hingga kreativitas. Semangat dakwah mesti tampil dengan wajah yang ramah, segar, dan penuh optimisme, bukan sekadar khutbah panjang yang membosankan.


Masjid adalah rumah kita bersama. Jika ia sepi, itu berarti rumah iman kita sendiri sedang keropos. Maka, mari bergandengan tangan, dari para takmir, tokoh agama, orang tua, hingga pemuda, untuk kembali memakmurkan masjid. Shalat berjamaah bukan hanya ibadah, tetapi juga simbol persatuan dan kekuatan umat. Jika masjid ramai, insyaAllah iman kita pun kembali menyala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjaga Kerapian Tulisan Tangan di Era Digital

Oleh: Triyanto, S. Pd.  Tulisan tangan adalah salah satu keterampilan dasar yang seolah sederhana, tetapi memiliki peran besar dalam proses ...