Rabu, 29 Desember 2021

GALAU PAK GURU DI HADAPAN PARA BINTANG

 Oleh : Triyanto, S.Pd.

Beberapa hari sebelum penerimaan rapor, ada arahan agar setiap siswa mendapat apresiasi dalam bentuk piagam atas keunggulan anak-anak. Sebagai contoh; siswa paling tertib, paling berani, paling santun, paling pemurah, dll. Diharapkan dengan apresiasi ini siswa akan termotivasi dan meningkat belajarnya.

apresiasi individu menyangkut karakter atau kebiasaan tentu butuh pencermatan dan cukup data untuk memastikan bahwa siswa A adalah paling “ini” dibanding siswa lain. Sedangkan satu semester ini kegiatan belajar masih terbatas karena kebijakan antisipasi pandemic Covid-19, maka menjadi tidak sederhana untuk memberikan predikat “Paling” pada setiap siswa dengan tepat. Salah dalam memberikan apresiasi atau predikat tentu justru bisa berdampak kurang baik juga.

Terbayang nama siswa untuk apresiasi paling disiplin. Tetapi kemudian ingat suasana belajar selama ini di kelas menunjukkan kondusif dan sangat disiplin. Apalagi kemarin Ketika pelaksanaan PAS, disiplin, rapi dan tertib. Dan ini dilakukan oleh semua siswa, satu sama lain memiliki andil disiplin mewujudkan suasana kelas yang disiplin. Maka predikat paling disiplin pada satu siswa menjadi terasa kurang tepat. Semua siswa menunjukkan sikap yang sangat disiplin.

Apresiasi untuk siswa paling pemurah, muncul satu nama. Tetapi kemudian ingat, suasana kelas ketika ada 1 atau 2 siswa yang lupa tidak membawa pensil dan Pak Guru menawarkan pada kelas, “Siapa yang berkenan meminjami pensil Mas A?”. Hampir semua siswa menjawab, “Saya Pak!”. Meski ada juga siswa yang tidak menjawab, tapi pada anak tersebut ketika suatu saat ada teman sebelahnya tidak membawa pewarna. Pak Guru mengatakan pada siswa itu, “Mbak nanti pewarnanya bisa sekalian dipakai Mbak B ya. Mbak B tidak membawa pewarna hari ini.” Dan tanpa rasa berat, dia pun langsung mau berbagi/meminjami pewarna teman. Artinya semua siswa menunjukkan sikap pemurah meski tidak semua ekspresif menjawab seru, Entah siapa kemudian yang paling pemurah.

Apresiasi bagi siswa paling santun. Mencoba mengingat nama yang tepat. Yang muncul adalah wajah-wajah semua siswa kelas 2A yang semangat belajar dan sangat hormat pada guru. Ketika mau ke belakang, semua izin dengan santun. Ketika ditanya suatu hal oleh Pak Guru, semua siswa menunjukkan sikap santun. Antar siswa pun ketika bermain dan berbicara menunjukkan sikap baik dan rukun. Menjelang pulang, para siswa mengucap “Pak, kula badhe mantuk. Assalamu’alaikum.” Ah, siapa yang paling santun?

Masuk pada pemikiran untuk menunjuk siswa paling berani. Nama-nama siswa yang sangat aktif ingin maju ke depan pun bermunculan, sebagai kandidat siswa paling berani. Tetapi teringat juga siswa-siswa yang tampak kalem, tenang, namun ketika diminta ke depan untuk tugas bercerita atau pun yang lain, mereka juga tampak pede, berani. Hanya tidak seagresif beberapa teman lain. Tampilannya di depan juga tidak kalah dengan siswa yang ingin maju paling awal. Duh, siapakah kemudian yang paling berani?.

Kategori-kategori lain pun juga demikian, selalu kesulitan untuk menunjuk satu nama. Bukan karena tidak ada yang pantas, justru semua siswa pantas untuk mendapatkan predikat tersebut. Penyematan predikat “Paling” pada siswa tertentu seperti mengecilkan “Paling” pada siswa lain.

Tiba-tiba masuk WA dari koordinator kesiswaan, mengingatkan kelas 2A belum mengumpulkan data siswa dan kategori prestasi. Piagam sudah akan dicetak, semua kelas sudah mengumpulkan, hanya kurang kelas 2A. “Siap, Bu’. Saya jawab dengan singkat dengan sebenarnya masih sedikit berfikir tentang kategori-kategori tadi. Tetapi bukan berarti galau. Guru mesti punya ide untuk mengatasi aneka situasi.

Inspirasi akhirnya muncul. Siswa kelas 2A tidak harus mendapat apresiasi “Paling” dibanding siswa lain. Potensi keunggulan satu sama lain ada banyak kesamaan, tentang sikap santun, berani, rendah hati, pemurah, dan lain-lain. Dengan tidak mengabaikan karakteristik masing-masing. Mereka semua adalah ibarat bintang, bersinar terang di langit. Bukan satu bintang, tapi semua siswa kelas 2A adalah bintang. Insyaallah kelak mereka akan menjadi bintang-bintang kehidupan, menebar manfaat dan kebaikan bagi sesama. Aamiin.

Izinkan dengan bangga, kategori prestasi setiap siswa kelas 2A adalah sebagai bintang. Bintang kelas 2A Usamah Bin Zaid SD Unggulan Aisyiyah Bantul.

 




 

Bantul, Desember 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TULADHA PANAMPI PASRAH NGUNDUH MANTU

  Assalamu 'alaikum wr.wb. Alhamdulillahirobbil’alamin….   Mugi kawilujengan, karahayon, katentreman, kabegjan menapa dene kamulya...