Selasa, 14 Desember 2021

PENGUATAN CALISTUNG SISWA KELAS RENDAH PASCA-PJJ

 Oleh: Triyanto, S.Pd.


Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir dua tahun dan ini adalah musibah sekaligus fenomena yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Sebuah wabah penyakit yang menyebabkan jutaan orang meninggal dunia dan jutaan lainnya mengalami gejala dari yang ringan hingga berat. Data berdasarkan worldometer, sedikitnya 5.118.347 orang di seluruh dunia meninggal karena virus corona sejak awal pandemi. Dunia pun terus bekerja keras untuk menanganinya, tidak terkecuali negara Indonesia. Selain upaya menemukan obat dan vaksin yang bisa menangkal, berbagai kebijakan dibuat oleh negara untuk mengurangi resiko penularan virus. Protokol kesehatan diberlakukan ketat pada semua lini aktivitas masyarakat.

Lingkungan pendidikan adalah salah satu yang terdampak perubahan kebijakan terkait protokol kesehatan di masa pandemi. Sekolah tidak diizinkan melakukan kegiatan pembelajaran langsung tatap muka di kelas. Kegiatan belajar dilakukan secara jarak jauh atau yang biasa disingkat PJJ, dan siswa belajar dari rumah. Materi pelajaran disampaikan secara online melalui perangkat elektronik seperti HP dan laptop. Kegiatan offline bisa pula dilakukan yaitu melalui lembar kerja peserta didik (LKPD), tetapi kesemuanya tetap dikerjakan siswa di rumah.

Dalam perkembangannya, setelah pandemi Covid-19 dinyatakan menurun, pemerintah  mengizinkan sekolah-sekolah di zona hijau atau resiko rendah mulai mengadakan kegiatan pembelajaran tatap muka kembali. Tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Jam belajar pun belum sepenuhnya seperti ketika tiada pandemi. Jumlah siswa dalam satu kelas dibatasi dan hari masuk sepekan hanya dua sampai tiga kali. Siswa dan guru kembali bisa saling interaksi langsung di kelas meskipun masih terbatas.

Kegiatan belajar langsung di kelas setelah lama PJJ perlu penanganan yang betul-betul tepat, telaten dan cermat terutama kepada siswa kelas rendah sekolah dasar. Kelas 1 dan kelas 2. Siswa kelas 2 adalah siswa yang ketika kelas 1 sepenuhnya belajar jarak jauh. Padahal kelas 1 adalah masa awal anak belajar di tingkat sekolah dasar, dan dasar-dasar kompetensi membaca, menulis serta berhitung baru dimulai di kelas 1 tersebut. Akan tetapi, karena PJJ maka tingkat ketercapaian kompetensi seperti yang ditargetkan dalam kurikulum menjadi belum optimal dan tidak merata.

Sebelum lebih lanjut guru mengajar materi sesuai target kurikulum di tingkat kelas saat ini, maka perlu diketahui terlebih dahulu secara detail kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) siswa. Meskipun di tingkat kelas sebelumya sudah ada penilaian harian, penilaian tengah semester, akhir semester dan penilaian kenaikan kelas. Kegiatan penilaian yang dilakukan secara jarak jauh tentu tidak seakurat ketika kegiatan dilakukan langsung. Mengenai hal ini, guru bisa membuat soal atau perangkat khusus untuk menjajaki kemampuan calistung siswa secara lebih detail dan dilakukan secara tatap muka langsung.

Mengevaluasi atau menjajaki kemampuan dasar calistung siswa kelas 2 awal juga dilakukan penulis yang kebetulan tahun ini ditugasi mengajar kelas 2 SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Disusunlah perangkat khusus untuk melakukan kegiatan penjajakan ini. Beberapa baris kalimat dengan tingkat kesulitan mudah ke sulit disajikan untuk mengetahui kemampuan membaca. Menulis nama benda dari mudah ke sulit, menyalin dan membuat kalimat. Pada aspek berhitung, disajikan gambar kumpulan benda, siswa diminta menghitung dan menulis lambang bilangannya. Menuliskan bilangan secara urut sampai jumlah tertentu, dan beberapa soal penjumlahan dan pengurangan sederhana.

Hasil penjajakan menunjukkan belum semua siswa dalam kondisi siap mengikuti materi pelajaran lanjut sesuai target kurikulum. Masih ada beberapa anak yang belum lancar membaca, bahkan ada anak yang bisa dikategorikan belum bisa membaca. Sebagian lagi masih lemah dalam konsep berhitung dasar. Belum mampu membilang runtut sampai bilangan tertentu. Kesulitan menjumlah atau mengurang bilangan meski masih operasi hitung sederhana. Tentang kemampuan menulis, masih banyak anak-anak yang ketika menulis kata belum lengkap hurufnya. Kadang juga didapati salah huruf, seperti b ditulis d atau sebaliknya.

Adanya kondisi anak-anak yang belum mencapai tingkat kompetensi sebagaimana standarnya anak-anak di tingkat tertentu, bisa kita maklumi. Setahun lebih anak-anak belajar di rumah. Fasilitas pendukung setiap anak berbeda. Kapasitas orang tua untuk mendampingi belajar anak-anak di rumah juga berbeda-beda, baik itu menyangkut kuantitas waktu maupun kemampuan orang tua melakukan pendampingan belajar. Tidak berlebihan bila kemudian banyak pihak mengkhawatirkan, bila pandemi tidak juga kunjung usai dan siswa belajar dengan pola demikian, bagaimana masa depan anak-anak kita. Meski sekolah sudah berusaha maksimal untuk tetap melakukan layanan belajar, tetap ada kesenjangan capaian dibanding bila kegiatan belajar dilakukan secara normal. Bersyukur, pandemi menunjukkan tanda-tanda mereda dan kegiatan belajar tatap muka sudah mulai bisa dilaksanakan.

Setelah didapatkan hasil penjajakan calistung dasar siswa, maka guru bisa menjadikan data tersebut sebagai acuan start pendampingan belajar siswa di kelas. Siswa yang masih lemah kemampuan membacanya perlu secara intensif difokuskan belajarnya untuk meningkatkan kemampuan membaca. Siswa yang lemah konsep berhitung dasar, perlu dikuatkan pemahamannya tentang konsep berhitung dan mengenal bilangan, demikian juga mengenai kemampuan menulis. Adapun tentang teknik atau metode, tentu guru sudah banyak memiliki referensi untuk melakukan pendampingan tersebut. Titik tekan yang menjadi poin krusial adalah perlunya penjajakan di awal. Ini yang kadang terlewat menganggap data nilai-nilai formal yang tercantum pada tingkat sebelumnya sudah mewakili kompetensi, pada kenyataannya belum sepenuhnya. Karena proses belajar maupun penilaian di waktu-waktu darurat pandemi kemarin hampir seluruhnya dilakukan secara online.

Kini, pandemi memang belum sepenuhnya berakhir, tetapi kondisi apapun proses belajar mengajar, proses pendidikan, tetap harus berjalan. Banyak cara yang bisa ditempuh dan kita sudah membuktikan, hanya celah yang memungkinkan mengurangi optimalnya hasil harus diantisipasi. Sebagaimana kita uraikan di atas, penguatan calistung siswa kelas bawah pada kegiatan pertemuan tatap muka terbatas termasuk hal yang sangat penting. Calistung bisa diibaratkan alat, alat untuk meraih ilmu-ilmu yang lebih luas lagi.

Akhirnya, kita semua berharap pandemi Covid-19 bisa segera terlewati, tertangani dengan tuntas sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah bisa kembali terlaksana dengan lancar. Kekhawatiran adanya lost generation jangan sampai terjadi, dan kita sebagai guru menjadi bagian penting untuk antisipasi hal tersebut.
Bantul, 14 November 2021.
 
Referensi Pustaka:
https://covid19.go.id

https://www.worldometers.info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAJELIS TABLIGH PCM JETIS SELENGGARAKAN KANTIN SAPA

Bantul – Kajian Rutin Sabtu Pagi (Kantin Sapa) mulai diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Jetis pada Sabt...