Oleh: Triyanto, S.Pd.
Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir dua
tahun dan ini adalah musibah sekaligus fenomena yang tidak pernah kita
bayangkan sebelumnya. Sebuah wabah penyakit yang menyebabkan jutaan orang
meninggal dunia dan jutaan lainnya mengalami gejala dari yang ringan hingga
berat. Data berdasarkan worldometer, sedikitnya 5.118.347
orang di seluruh dunia meninggal karena virus corona sejak awal pandemi. Dunia
pun terus bekerja keras untuk menanganinya, tidak terkecuali negara Indonesia.
Selain upaya menemukan obat dan vaksin yang bisa menangkal, berbagai kebijakan
dibuat oleh negara untuk mengurangi resiko penularan virus. Protokol kesehatan
diberlakukan ketat pada semua lini aktivitas masyarakat.Lingkungan pendidikan adalah salah satu yang
terdampak perubahan kebijakan terkait protokol kesehatan di masa pandemi.
Sekolah tidak diizinkan melakukan kegiatan pembelajaran langsung tatap muka di
kelas. Kegiatan belajar dilakukan secara jarak jauh atau yang biasa disingkat
PJJ, dan siswa belajar dari rumah. Materi pelajaran disampaikan secara online melalui perangkat elektronik
seperti HP dan laptop. Kegiatan offline
bisa pula dilakukan yaitu melalui lembar kerja peserta didik (LKPD), tetapi
kesemuanya tetap dikerjakan siswa di rumah.
Dalam perkembangannya, setelah pandemi Covid-19
dinyatakan menurun, pemerintah
mengizinkan sekolah-sekolah di zona hijau atau resiko rendah mulai
mengadakan kegiatan pembelajaran tatap muka kembali. Tentu dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Jam belajar pun belum
sepenuhnya seperti ketika tiada pandemi. Jumlah siswa dalam satu kelas dibatasi
dan hari masuk sepekan hanya dua sampai tiga kali. Siswa dan guru kembali bisa
saling interaksi langsung di kelas meskipun masih terbatas.
Kegiatan belajar langsung di kelas setelah lama
PJJ perlu penanganan yang betul-betul tepat, telaten dan cermat terutama kepada
siswa kelas rendah sekolah dasar. Kelas 1 dan kelas 2. Siswa kelas 2 adalah
siswa yang ketika kelas 1 sepenuhnya belajar jarak jauh. Padahal kelas 1 adalah
masa awal anak belajar di tingkat sekolah dasar, dan dasar-dasar kompetensi
membaca, menulis serta berhitung baru dimulai di kelas 1 tersebut. Akan tetapi,
karena PJJ maka tingkat ketercapaian kompetensi seperti yang ditargetkan dalam
kurikulum menjadi belum optimal dan tidak merata.
Sebelum lebih lanjut guru mengajar materi
sesuai target kurikulum di tingkat kelas saat ini, maka perlu diketahui
terlebih dahulu secara detail kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
(calistung) siswa. Meskipun di tingkat kelas sebelumya sudah ada penilaian
harian, penilaian tengah semester, akhir semester dan penilaian kenaikan kelas.
Kegiatan penilaian yang dilakukan secara jarak jauh tentu tidak seakurat ketika
kegiatan dilakukan langsung. Mengenai hal ini, guru bisa membuat soal atau
perangkat khusus untuk menjajaki kemampuan calistung siswa secara lebih detail
dan dilakukan secara tatap muka langsung.
Mengevaluasi atau menjajaki kemampuan dasar
calistung siswa kelas 2 awal juga dilakukan penulis yang kebetulan tahun ini
ditugasi mengajar kelas 2 SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Disusunlah perangkat
khusus untuk melakukan kegiatan penjajakan ini. Beberapa baris kalimat dengan
tingkat kesulitan mudah ke sulit disajikan untuk mengetahui kemampuan membaca.
Menulis nama benda dari mudah ke sulit, menyalin dan membuat kalimat. Pada
aspek berhitung, disajikan gambar kumpulan benda, siswa diminta menghitung dan
menulis lambang bilangannya. Menuliskan bilangan secara urut sampai jumlah
tertentu, dan beberapa soal penjumlahan dan pengurangan sederhana.
Hasil penjajakan menunjukkan belum semua siswa
dalam kondisi siap mengikuti materi pelajaran lanjut sesuai target kurikulum.
Masih ada beberapa anak yang belum lancar membaca, bahkan ada anak yang bisa
dikategorikan belum bisa membaca. Sebagian lagi masih lemah dalam konsep
berhitung dasar. Belum mampu membilang runtut sampai bilangan tertentu.
Kesulitan menjumlah atau mengurang bilangan meski masih operasi hitung
sederhana. Tentang kemampuan menulis, masih banyak anak-anak yang ketika
menulis kata belum lengkap hurufnya. Kadang juga didapati salah huruf, seperti
b ditulis d atau sebaliknya.
Adanya kondisi anak-anak yang belum mencapai
tingkat kompetensi sebagaimana standarnya anak-anak di tingkat tertentu, bisa
kita maklumi. Setahun lebih anak-anak belajar di rumah. Fasilitas pendukung
setiap anak berbeda. Kapasitas orang tua untuk mendampingi belajar anak-anak di
rumah juga berbeda-beda, baik itu menyangkut kuantitas waktu maupun kemampuan
orang tua melakukan pendampingan belajar. Tidak berlebihan bila kemudian banyak
pihak mengkhawatirkan, bila pandemi tidak juga kunjung usai dan siswa belajar
dengan pola demikian, bagaimana masa depan anak-anak kita. Meski sekolah sudah
berusaha maksimal untuk tetap melakukan layanan belajar, tetap ada kesenjangan
capaian dibanding bila kegiatan belajar dilakukan secara normal. Bersyukur,
pandemi menunjukkan tanda-tanda mereda dan kegiatan belajar tatap muka sudah
mulai bisa dilaksanakan.
Setelah didapatkan hasil penjajakan calistung
dasar siswa, maka guru bisa menjadikan data tersebut sebagai acuan start pendampingan belajar siswa di
kelas. Siswa yang masih lemah kemampuan membacanya perlu secara intensif
difokuskan belajarnya untuk meningkatkan kemampuan membaca. Siswa yang lemah
konsep berhitung dasar, perlu dikuatkan pemahamannya tentang konsep berhitung
dan mengenal bilangan, demikian juga mengenai kemampuan menulis. Adapun tentang
teknik atau metode, tentu guru sudah banyak memiliki referensi untuk melakukan
pendampingan tersebut. Titik tekan yang menjadi poin krusial adalah perlunya
penjajakan di awal. Ini yang kadang terlewat menganggap data nilai-nilai formal
yang tercantum pada tingkat sebelumnya sudah mewakili kompetensi, pada
kenyataannya belum sepenuhnya. Karena proses belajar maupun penilaian di
waktu-waktu darurat pandemi kemarin hampir seluruhnya dilakukan secara online.
Kini, pandemi memang belum sepenuhnya berakhir,
tetapi kondisi apapun proses belajar mengajar, proses pendidikan, tetap harus
berjalan. Banyak cara yang bisa ditempuh dan kita sudah membuktikan, hanya
celah yang memungkinkan mengurangi optimalnya hasil harus diantisipasi.
Sebagaimana kita uraikan di atas, penguatan calistung siswa kelas bawah pada
kegiatan pertemuan tatap muka terbatas termasuk hal yang sangat penting.
Calistung bisa diibaratkan alat, alat untuk meraih ilmu-ilmu yang lebih luas
lagi.
Akhirnya, kita semua berharap pandemi Covid-19
bisa segera terlewati, tertangani dengan tuntas sehingga kegiatan belajar
mengajar di sekolah bisa kembali terlaksana dengan lancar. Kekhawatiran adanya lost generation jangan sampai terjadi,
dan kita sebagai guru menjadi bagian penting untuk antisipasi hal tersebut.Bantul, 14 November 2021. Referensi Pustaka:https://covid19.go.idhttps://www.worldometers.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar