Minggu, 26 Oktober 2025

Pelajaran Hidup dari Laron

Oleh: Triyanto, S. Pd.

Setiap awal musim hujan, kita sering menyaksikan pemandangan menarik yang menandai datangnya kehidupan baru. Saat malam hari di sekitar lampu rumah, atau di pagi hari ketika embun masih menggantung dan matahari masih malu-malu menampakkan diri, ribuan laron tampak beterbangan. Mereka berputar di udara, seakan berpesta menyambut turunnya hujan. Tak lama kemudian, satu per satu jatuh ke tanah, sayap-sayapnya rontok, dan sebagian besar mati. Sekilas tampak sederhana, bahkan sepele. Namun bila kita mau merenung sejenak, laron menyimpan pelajaran hidup yang dalam tentang tujuan, kesungguhan, dan arti sebuah momen.

Laron sejatinya bukan hewan lain, melainkan rayap dewasa yang telah melewati proses panjang di dalam tanah. Setelah tubuhnya matang dan sayapnya tumbuh, ribuan laron keluar serentak dari sarang pada waktu yang sama, biasanya setelah hujan pertama turun. Mereka tak pernah berlatih terbang, tak pernah diuji oleh induknya, namun ketika waktunya tiba, mereka langsung mengepakkan sayap dan melayang di udara dengan sempurna. Ini terjadi karena sistem saraf dan otot mereka sudah diprogram oleh alam—oleh Sang Pencipta—untuk melaksanakan satu tugas besar: mencari pasangan hidup dan membangun koloni baru.

Menariknya, kemampuan terbang itu hanya digunakan sekali seumur hidup. Setelah mendarat dan menemukan pasangan, laron dengan sendirinya melepaskan sayapnya. Ia tidak akan terbang lagi. Sejak saat itu, ia berubah menjadi raja dan ratu rayap yang mengabdikan hidupnya di bawah tanah. Secara ilmiah, hal ini menunjukkan bahwa laron tak perlu latihan karena terbang bukan kebiasaannya, melainkan misi sekali jalan. Fungsinya jelas, waktunya terbatas, dan semuanya sudah diatur dengan sempurna. Sementara burung dan hewan lain butuh latihan karena terbang adalah bagian dari keseharian mereka. Setiap makhluk memang diciptakan dengan kadar, peran, dan petunjuknya masing-masing. Allah telah menetapkan, “Yang menciptakan lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (setiap sesuatu) lalu memberi petunjuk.” (QS. Al-A‘la: 2–3)

Laron mengajarkan kita tentang arti kesempatan. Ia hanya memiliki momen singkat di udara, tetapi justru pada saat itulah masa depan koloni barunya ditentukan. Ia tidak mengeluh, tidak menunda, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Banyak manusia diberi waktu panjang, namun sering ragu dan menunda-nunda langkah. Laron hanya punya waktu sebentar, tapi ia menuntaskan tugas hidupnya dengan kesungguhan. Dari makhluk kecil ini kita belajar bahwa hidup yang bermakna bukanlah hidup yang panjang, melainkan yang dijalani dengan penuh tujuan.

Ketika kita masih memiliki “sayap waktu” dalam hidup ini, gunakanlah sebaik mungkin untuk terbang menuju kebaikan. Karena kita tidak tahu kapan sayap itu akan lepas, dan kesempatan untuk menunaikan tugas akan berakhir. Hidup tidak harus lama untuk berarti; cukup dijalani dengan niat yang tulus dan kesungguhan yang penuh, agar ketika waktunya tiba untuk menapak bumi, kita meninggalkan jejak kebaikan yang tumbuh seperti koloni baru kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelajaran Hidup dari Laron

Oleh: Triyanto, S. Pd. Setiap awal musim hujan, kita sering menyaksikan pemandangan menarik yang menandai datangnya kehidupan baru. Saat mal...