Masih 4 tahun umurmu ketika beberapa minggu kemarin Allah
memberikan nikmat berupa musibah. Engkau bersama ayah dan ibu, terjatuh dari
motor karena ban depan meletus dan kita tersungkur di tengah jalan beraspal.
Kejadian begitu tiba-tiba dan cepat, dan segera orang
berkerumun untuk menolong kita. Tangismu pun pecah, darah segar mengalir dari
mulut, juga tangan, kaki dan anggota tubuh lain yang luka. Sakit pasti kau
rasakan. Ayah pun demikian, siku dan lutut ayah juga luka terbentur aspal.
Sedang ibu, Alhamdulilah tidak mengalami luka, tetapi jempol tangan kanannya
keseleo karena menahan tubuh yang terjatuh agar tidak terbentur parah.
Beberapa menit kemudian, atas kebaikan sahabat kita pun
sampai di klinik pengobatan. Mbak-mbak perawatpun dengan cekatan membantu
membersihkan dan mengobati luka. Perih kau rasakan, olesan cairan pembersih
luka dan anti bakteri. Namun, teriakanmu sungguh membuat ayah perih tapi juga
haru. Tak henti dari mulutmu berteriak menahan sakit: “Sakit,.. ya Allah!. Sakiit!.
Ya Allah sembuhkan de’ Husna!. Ya Allah sembuhkan de’ Husna!..”. juga kau minta ayah mendoakan kesembuhanmu,
dengan nada sedikit teriak karena menahan sakit “ Ayah, doakan De’ Husna agar
cepat sembuh!. Doakan De’ Husna!”. Dan ketika ayah membaca doa, dengan tertib
kau pun mengikuti melafalkan doa.
Subhanallah, ayah bisa membayangkan betapa badan mungilmu
merasakan sangat sakit akibat luka-luka itu. Tapi, dalam lubuk hati yang dalam,
ada kesyukuran luar biasa. Alhamdulillah, Allah telah hadirkan kemampuan dan
reflek yang sangat mulia, ketika orang dewasa pun belum tentu ingat menyebut
nama-Nya dalam kondisi seperti itu, engkau yang belia telah mampu untuk terus
menyebut nama-Nya. Allah SWT.
Semoga ini pertanda bibit keimanan telah tertanam dalam
dirimu. Teruslah tumbuh dan jadilah wanita sholihah, anakku.
Alhamdulillah, saat ini, semua luka itu telah sembuh. Dan
lagi engkau tunjukkan sikap yang membuat ayah senantiasa bersyukur. Sore ini,
di awal liburan sekolah mu, engkau ingat lama tidak berlatih sepeda. Engkaupun
minta ayah mengajarimu sepeda. Sebentar kemudian kita berlatih, dan engkau pun
mulai bisa.
Raut wajah berbinar, dengan sepenuh hati engkau berkata
pada ayah, “Alhamdulillah ayah, De’ Husna sudah bisa naik sepeda!”.
Abi Husna
Turi, 19-12-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar