Jumat, 18 April 2025

Harapan akan Masa Depan Politik yang Bermartabat

Sudah cukup lama rakyat disuguhi kenyataan pahit dalam dunia politik yang jauh dari harapan. Intrik, transaksi kekuasaan, dan drama kepentingan sempit seolah menjadi sajian rutin dalam kehidupan berbangsa. Banyak yang merasa, politik hanya menjadi panggung bagi mereka yang lihai memainkan strategi, tapi miskin empati dan kejujuran. Tak heran, rakyat pun makin gregeten—geram, jenuh, sekaligus kecewa—melihat bagaimana arah kepemimpinan sering kali menyimpang dari cita-cita luhur kebangsaan.

Dalam kondisi seperti ini, kita merindukan perubahan. Bukan sekadar pergantian pemimpin, tapi pergeseran budaya politik menuju yang lebih bersih, santun, dan bermakna. Kita berharap proses pergantian kepemimpinan di masa mendatang bisa berjalan dengan jujur, adil, dan beretika. Tanpa lagi diwarnai saling jegal, kampanye hitam, atau pengangkatan pejabat atas dasar koneksi dan kompromi. Tidak ada lagi mereka yang menjual kedaulatan demi ambisi pribadi atau yang tunduk pada tekanan oligarki—sebuah kekuasaan segelintir yang mematikan nalar keadilan.

Bayangan kita tentang masa depan adalah hadirnya pemimpin-pemimpin berintegritas tinggi dari pusat hingga daerah—orang-orang yang tidak hanya cakap secara administratif, tapi juga teguh dalam prinsip dan hati nurani. Pemimpin yang menjadikan jabatan sebagai amanah, bukan alat untuk memperkaya diri dan kelompok. Sosok yang benar-benar memahami bahwa kekuasaan itu untuk mengabdi, bukan untuk dikuasai.

Arah bangsa pun diharapkan kembali lurus, menuju cita-cita sejati: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan sekadar jargon politik, melainkan kenyataan yang bisa dirasakan setiap warga—dalam bentuk pendidikan yang merata, pelayanan kesehatan yang terjangkau, dan ekonomi yang berpihak pada yang kecil.

Lebih dari itu, kita mendambakan hadirnya pemimpin yang menanamkan nilai-nilai iman dan takwa dalam kepemimpinannya. Bukan hanya bicara tentang pembangunan fisik, tapi juga pembangunan moral dan spiritual masyarakat. Pemimpin yang tidak hanya memerintah, tapi juga menuntun; yang tidak hanya pandai berbicara, tapi juga memberi teladan.

Harapan ini bukan utopia. Ia bisa menjadi nyata jika mulai hari ini kita rawat bersama—dengan menanamkan kesadaran, membangun budaya politik yang sehat, dan menuntut akuntabilitas dari para pemimpin. Karena masa depan yang lebih bermartabat tidak akan datang dengan sendirinya, tapi harus diperjuangkan—demi generasi yang akan datang, dan demi Indonesia yang lebih adil dan beradab.

Abi Husna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kita Pernah Bersama, Kalian Tetap di Hati

(Refleksi Akhirusanah Angkatan 1 SDUA Pandak) Oleh: Triyanto, S.Pd. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi kekua...